dari nol...
sayapun ingin mengucapkan itu hari ini...
" kita mulai dari nol yahh....:) "
ini hari baru, 1430 Hijriyah. semoga dipanjangkan usia jaman,
dalam selamat, sejahtera dan sentosa....amien....
1 Muharram, 1430 Hijriyah - 08:00
.............
sebab kebencian itu..., ia selalu menjadi api yang membakar apa saja
tanpa kecuali...termasuk juga hati...
Makassar, 27 Desember 2008 - 12:00
asoka
bahkan hanya untuk rencana kecil seperti menanam asoka dibawah jendela,
tak dapat saya wujudkan dalam dua minggu terakhir ini
saya mencintai pekerjaan ini, sekalipun kadang ia membuat saya pergi terlalu jauh
sampai-sampai saya lupa, bagaimana caranya menemukan jalan pulang.....
Makassar, 27 Desember 2008 - 08:00
seusai piket malam...
Teman-teman kontributor...hari ini jualan kita laku keras, producer pagi lagi baik rupanya, banyak berita Makassar yang tayang. Semoga bisa membuat kalian tetap semangat menembus hujan..hehe...juga tentunya membayar begadangku semalaman ini...
07.27 :
Tumpukan laundry seminggu yang menggunung, baju siaran, juga baju sehari-hari. Saya kerepotan mengangkut semuanya di atas sepeda motor. Pagi ini ramai sekali, orang-orang tergesa-gesa di lampu merah, diperempatan-perempatan jalan...mereka seperti mengejar sesuatu, entah itu apa...mungkin mengejar matahari, sebab pagi ini jalanan tidak basah seperti hari-hari kemarin....
08.00 :
Saya terlalu cepat, atau bank itu yang terlambat buka..?? . Ah, saya tak bisa menunggu lebih lama, mata ini juga mulai terasa berat. Lalu handphone sejuta ummat ini tiba-tiba saja tak bisa menampilkan data apa-apa. Hhhff..sory Anchu, transaksi belum bisa dilakukan. Saranku, sebaiknya kau cepat bangun dan berjaga di Unhas...katanya pagi ini, anak-anak mahasiswa mau demo lagi....
08.23 :
Saya mengirim Ucok ke universitas 45. Salah seorang mahasiswa yang terluka dalam bentrokan beberapa waktu lalu, akhirnya tak tertolong lagi. Ersal, mahasiswa fakultas teknik itu, ia tewas dengan beberapa luka tusukan. Menambah daftar panjang dari nama-nama mahasiswa, yang tertulis pada monumen kekerasan dilingkungan kampus...
09.15
Layar monitor ini sudah terlihat jadi dua.....dan saya juga mulai menanduk-nanduk keyboard komputer....oya, masih ada satu lagi, yang tidak boleh saya lewatkan sebelum tidur. Saya ingin menitip doa untuk almarhumah ibu , moga ia selalu diberi tempat yang terindah di nirwana....sebab pagi ini, di televisi, orang-orang ramai bercerita tentang ibu...sedangkan saya tak bisa lagi bersimpuh dikakinya.........."..selamat hari ibu.."
Makassar, 22 Desember 2008 - 09:20
desember yang lama
"baik..seperti yang kau lihat.." itu saja yang bisa saya ucapkan padanya. Selebihnya saya tak ingin mengatakan apa-apa. Senang rasanya melihatnya seperti ini. Saya tahu, kali ini ia datang menemuiku untuk maksud yang lain, barangkali semacam salam perpisahan, atau sebuah pertemuan terakhir, sebelum nanti, di penghujung Desember ini, ia akan benar-benar pergi untuk kehidupannya yang baru....
Dulu, saat semuanya selalu terasa sulit untuk dijalani, ia selalu bilang " kita adalah apa yang kita pikirkan, jika kita menginginkan sesuatu, maka yakinlah, seisi jagat raya akan bersatu padu mendukungnya...". Hhmm...saya tahu, meski untuk keyakinannya itu, betapa ia harus melalui banyak hal yang paling sulit untuk dilewati oleh orang-orang seusianya.
Hari ini, ia memang tak lagi datang dengan membawa setangkup kesedihan, tapi menemuinya lagi, saya merasa seperti dikepung kenangan, seperti sesuatu yang masih terus mengendap dalam-dalam.
Ah, lalu Desember ini rasanya lama sekali....dan saya mulai bosan menonton hujan...
Makassar, 20 Desember 2008 - 23 : 04 wita
sepatu
saya melihat George Bush, presiden negara adi daya yang pongah itu
dilempar sepatu oleh seorang jurnalis Irak, dalam sebuah konferensi pers di Bagdad. Dan bukan hanya satu, tapi ia "diberi" dua sepatu sekaligus...
Al-Zeidi, si pelempar sepatu itu berujar.." ini ciuman perpisahan..!! "
hahahaha....terima kasih untukmu, rasanya pagi ini indah sekali.....
Makassar, 15 Desember 2008 - 06:00 wita
bunga-bunga
Sebetulnya, saya tak begitu mengerti tentang tanaman, tentang bunga-bunga indah dengan nama-nama latin yang rumit itu. Sedangkan bang Jhon, ia seperti ahli tanaman, padahal sebenarnya ia lulusan Ilmu Komunikasi Unhas, tapi jika menjelaskan tentang bunga, ia menceramahiku seperti penjual obat di pasar Sentral, tentang nama-nama bunga, mengapa dinamakan seperti itu, bagaimana ia tumbuh, kenapa ia bisa mati, kenapa ia dihargai dengan sangat mahal, dan seterusnya...
Sebenarnya alasan saya mampir kesana sederhana saja, saya hanya merasa nyaman, juga tenang. Beda saja rasanya, jika nongkrong di Mall-Mall dan sebagainya, barangkali yang kita lihat melulu hal-hal instan, sebuah tempat dimana orang-orang saling mempertontonkan eksistensinya.
Tapi disini, saya merasa menemukan sesuatu yang berbeda, saya melihat sebuah proses yang sederhana dalam hidup. Tanaman-tanaman yang tumbuh dari tunas-tunas, berkembang seiring waktu, bunga-bunga yang merekah dengan warna-warna yang indah, daun-daun yang gugur, dan menjadi pertanda baru bagi kehidupan selanjutnya... Kata bang Jhon :
" bila ia mulai tinggi, potonglah 10-20 cm dari pucuknya, bila ditanam, potongan itu akan menjadi tunas baru bagi kehidupan generasi selanjutnya, dan pada pucuk yang telah terpangkas itu, kelak akan tumbuh lagi, 2, 3 atau 4 tunas-tunas baru...". Ah, sebuah siklus yang indah menurutku...
Hmmm..., pasti menyenangkan, bila nanti saya bisa melihat sebagian dari mereka tumbuh di taman mungil itu, tepat dibawah jendela...: )
Makassar, 12 Desember 2008 - 21:00
"sebentar lagi....mungkin dipenghujung bulan ini, ditempat yang jauh disana...seseorang akan memulai hidupnya yang baru.....pucuk-pucuk yang patah itu akan tumbuh lagi, lalu bunga-bunga baru akan bersemi. My Litle Simp, saya hanya bisa mengirim banyak doa.....moga selalu baik adanya....."
dear sizta...
Makassar, 12 Desember 2008 - 00:00 wita
warna-warna
Semoga setelah ini, ia akan menjadi tempat bernaung yang penuh damai, juga menjadi sesuatu yang akan menyelamatkan saya dari segala penat. Senang rasanya, akhirnya saya punya sebuah tempat untuk pulang, setelah bertahun-tahun kata pulang itu seperti menjadi sesuatu yang abstrak bagi saya.
Kelak, suatu saat nanti, saya hanya berharap ia menjelma seperti apa yang ada dalam imajinasi saya, tentu bukan sesuatu yang berlebih, hanya tentang sebuah keluarga kecil yang sederhana...
Makassar, 8 Desember 2008 - 04:00 dini hari
malaikat malam
malam ini, saat angin dan hujan mematuk matuk kaca jendela
saya hanya ingin membujuk para malaikat malam
semoga mereka tak sedetikpun meninggalkanmu....
Makassar, 29 November 2008 - 21:00 wita
"hati-hati di jalan sizta......"
dua kotak
23 November 2008 - 21:30 wita
dini hari...
Banyak yang mesti diselesaikan malam ini, terutama komplain rekapan berita kontributor yang harus dikirim sebelum jam 8 pagi. Ini penting, karena periuk nasi anak-anak kontributor ada dalam daftar rekapan bulanan ini, sebab mereka honorariumnya dibayar berdasarkan berita tayang...
Belum lagi telpon ini gak berhenti berbunyi, diseberang sana Abo teriak-teriak, ada kebakaran di dekat kampus UNM, sudah dari tadi Aja dikirim merapat kesana, tapi bukan itu masalahnya, yang bikin Abo ribut-ribut adalah dua rumah telah ludes terbakar, tapi pemadam kebakaran dan polisi belum muncul-muncul juga di TKP, saya diminta menghubungi polisi dan pemadam supaya bisa lebih cepat bergerak...
Kalau melihat kebakaran, saya sering menemukan wajah-wajah pilu dan mata yang selalu basah dari para pemilik rumah, betapa api melenyapkan semuanya, hanya dalam sekejap, tak peduli itu adalah sesuatu yang telah mereka perjuangkan selama bertahun-tahun...ah, saya jadi ingat dengan rumah kecil yang tengah saya bangun dengan susah payah itu, semoga api ataupun apapun itu, tak akan pernah merampasnya dari saya...
Makassar, 18 November 2008 - 04:00 dini hari
" rasanya sepi terlalu lama singgah disini...masih berapa lama lagi...? "
setengah dua siang...
Tadi, saya baru benar-benar bangun ketika jam menunjukkan pukul 11 siang, masih ada waktu bermalas-malasan, sebelum siap-siap lagi siaran siang. Sempat nonton sebentar film kartun di starmovie, lucu, juga menyentuh, tentang seorang bayi manusia, yang diselamatkan se-ekor gajah, kancil, dan juga harimau jahat yang insyaf hehe.....
Hewan yang menyelamatkan manusia, meski hanya sebuah film, tapi terasa sekali bedanya, jika dibandingkan liputan teman-teman kontributor beberapa hari ini, tentang bayi yang dibuang dipinggir jalan, atau yang ditinggal di tempat pembuangan sampah di Makassar....
Tiga hari terakhir ini saya berjuang melawan serangan pancaroba, beberapa rencana kemudian tertunda karena itu, tapi alhamdulilah pagi ini semuanya terasa lebih baik, terima kasih juga untuk oleh-oleh obat batuk dari seorang sahabat, akhirnya tenggorokan ini plong, setelah tiga hari seperti dikitik-kitik pake biji kedondong...
Usai siaran siang ini, saya mau jalan-jalan dulu, mungkin ke kafenya bang Amir, sudah cukup lama saya gak pernah mampir kesana. Kalau masih sempat, bisa sekalian juga menengok proyek masa depan, moga bisa cepat rampung, setelah itu tinggal menyiapkan sebuah kereta, lalu menjemput seseorang dan mengajaknya melihat dunia dari jendela yang sama...hehe...;)
Makassar, 16 November 2008 - 14:00
di sebuah kafe
" bahwa laki-laki baik-baik, akan selalu dipertemukan dengan perempuan yang baik-baik, dan begitupun sebaliknya, yang tidak baik, akan selalu dipertemukan dengan yang tidak baik pula...." Sepertinya Ia mengutip dari sebuah hadist Nabi. Sementara yang lainnya memberikan banyak tanggapan berbeda, terkait dengan kenyataan-kenyataan hidup yang sering mereka temui....
Sebenarnya saya tak ingin menguping perdebatan di meja sebelah itu, tapi tetap saja terekam jelas dalam pendengaranku, saya hanya tiba-tiba berpikir, jika memang demikian adanya, lalu seberapa baikkah saya...???
Makassar, 7 November 2008 - 03:00 dini hari
hari pertama di bulan november
Sebulan terakhir ini, saya sering mengunjungi beberapa tempat, saya teringat waktu kuliah dulu seorang sahabat pernah bilang begini.. " jalan-jalanlah ke banyak tempat Bud...supaya kau tahu ...bahwa yang disebut dunia, bukan hanya disini....". Ya, saya sepakat dengan hal itu, dan saya sedang mencobanya, mengunjungi beberapa tempat, melihat-lihat, adakah sesuatu yang berbeda, mencoba melihat semuanya dari sudut pandang yang lain tentunya. Bahkan beberapa hari ini, saya sendiri tengah merencanakan sebuah perjalanan yang lebih jauh lagi dari sini...
Sayapun sedang berusaha lebih banyak mendengar daripada berbicara, karena terkadang lebih banyak mendengar biasanya akan membuat saya merasa jauh lebih baik. Saya memikirkan banyak hal, melihat banyak hal, dan juga mendengarkan banyak hal. Dan seperti air , saya ingin terus mengalir, meresap disela-sela tanah dan bebatuan, hingga nanti menjadi sesuatu yang berarti bagi kehidupan yang lain....
Makassar, 01 November 2008 - 11 : 00 wita
tapi cinta lengkapi kita
berlarilah tanpa lelah/ sampai engkau meraihnya//
laskar pelangi/ takkan terikat waktu/
bebaskanlah mimpimu diangkasa/ warnai bintang dijiwa//
menarilah dan terus tertawa/ walau dunia tak seindah surga/
bersyukurlah pada yang kuasa/ cinta kita di dunia selamanya//
cinta kepada hidup/ memberikan senyuman abadi/
walau hidup kadang tak adil/ tapi cinta lengkapi kita//
laskar pelangi/ takkan terikat waktu/
jangan berhenti/ mewarnai jutaan mimpi//
(laskar pelangi - nidji)
Makassar, 04 Oktober 2008 - 02:00
"semalaman, saya mendatangi empat portal dunia maya di kota ini,
hanya untuk mencarimu....tapi yang saya temukan hanya para laskar pelangi...."
september...
berserah diri kepada Sang Pemilik Kehidupan. Ahh..nikmat yang mana lagi yang mesti saya dustakan ? bukankah semua yang telah saya miliki hingga hari ini adalah lebih dari cukup.....
Makassar, 25 September 2008 - 00:00
"ada kiriman doa dari masa lalu....terima kasih...."
tiga hari...
Rabu malam kemarin, tiba-tiba saja saya seperti tengah bermalam di kutub utara, sekujur tubuh menggigil, disertai sakit kepala yang menusuk-nusuk. Padahal sebelum itu saya baik-baik saja, tidak sedikitpun merasakan gejala-gejala kalo mau sakit. Seorang teman, ketika tahu saya sakit, dengan bercanda malah bilang begini.." jangan-jangan kagetki karena baru dapat THR...hehe...".
Bukan soal itu, semuanya mungkin bermula dari kebiasaan buruk menunda-nunda waktu makan, karena betah berlama-lama di depan komputer. Kemarin, peperangan Age of Empire II di komputer belakang itu telah membuat saya lupa waktu, dan menunda-nunda waktu makan malam, padahal buka puasa sebelumnya hanya ditemani dua potong kue dan segelas teh...lalu kemudian, dua jam setelah saya menyerbu warung coto dengan penuh keringat dingin, saya akhirnya terkapar dengan perasaan gak karuan...
Libur 3 hari, tentu membuat sahabat-sahabat saya di biro harus mengerahkan energi lebih untuk menggantikan tugas-tugas saya. Maklum, sekalipun kami adalah tim, tapi jumlah kami sedikit, terkadang kami kerap didera keletihan yang sangat, apalagi kalau lagi ramai-ramainya pemberitaan...tapi terlepas dari itu semua, untuk tiga hari ini, tentunya saya wajib menyampaikan terima kasih yang tak terhingga untuk semua orang yang ada dirumah putih ini...
Makassar, 21 September 2008 - 19:45
tanda duka
suatu subuh diteras sebuah mesjid....
Sudah berhari-hari, ia pergi, membawa serta buah hatiku
Aku :
Ia pun telah pergi, berhari-hari, membawa serta sepotong hatiku
Kau :
Katanya aku tak bisa diharapkan, padahal telah kulakukan semuanya,
hanya untuknya. Dua tahun, aku mencoba bertahan. Tidakkah engkau tahu, bahwa rumah itu, dan semua yang ada didalamnya, adalah kerja kerasku yang hanya semata-mata untuknya. Tapi tetap saja, aku bukanlah orang yang bisa Ia andalkan. Ia dan orang-orang disekitarnya, mereka seperti bersatu padu memusuhiku...
Aku :
Aku tak bisa dipercaya, begitu katanya, tidak ikhlas, serta seperti seseorang yang penuh dengan maksud tersembunyi. Betapa ia mencurigaiku. Padahal telah kutegaskan kepadanya, kalaupun aku punya maksud tersembunyi, itu hanyalah betapa aku ingin menjaganya disepanjang waktu hidupku...
Kau :
Kukatakan padanya, pergilah, kemana hatimu membawamu. Jika masih ada waktu, kelak angin akan mempertemukan kita kembali.
Aku :
Ia orang paling keras kepala yang pernah kutemui, kukatakan padanya, pergilah, kemanapun engkau mau, akan kukirim banyak doa keselamatan untukmu...
Makassar, 12 september 2008 - 04:00 wita
semalam...
Jalan Sultan Alauddin : Sari Laut Mas Dani , menu " kepiting, ayam, lele, kakap, baronang, bolu, cepa..."
Jalan AP Pettarani : Sari Laut Mas Suhud, menu " kepiting, ayam, lele, kakap, baronang, bolu, cepa..."
Jalan Hentasning : Sari Laut Mbak Sulis, menu " kepiting, ayam, lele, kakap, baronang, bolu, cepa..."
Jalan U. Sumoharjo : Sari Laut Mas Karto, menu " kepiting, ayam, lele, kakap, baronang, bolu, cepa..."
Jalan P.Kemerdekaan : Sari Laut Mas Usman, hhhfffff....akhirnya saya memutuskan singgah disini, karena menunya tetap " kepiting, ayam, lele, kakap, baronang, bolu, cepa...".
Makassar, 07 September 2008 - 11:00 wita
Semalam, saya benar-benar rindu rumah...
dalam doa
aku tak akan pernah selesai mendoakan keselamatanmu..."
saya pernah membaca puisi Sapardi Djoko Damono ini,
entah kapan dan dimana, saya lupa, tapi itu tidak penting
yang terpenting adalah, seperti halnya puisi itu
sayapun ingin selalu mengirim banyak doa bagi keselamatanmu...
Makassar, 4 September 2008 - 17:45 wita
The Alchemist
Sang Raja Salem berpesan padanya, “ Di saat engkau menginginkan sesuatu, seluruh jagat raya bersatu padu untuk membantumu meraihnya”. Maka berangkatlah Ia, Santiago, si anak gembala dari Andalusia itu, ia pergi mengikuti suara hatinya dan berkelana mengejar mimpinya.
Perjalanan tersebut membawanya ke Tangier serta padang gurun Mesir, dan di sanalah dia bertemu sang Alchemist yang menuntunnya menuju harta karunnya, serta mengajarinya tentang jiwa dunia, cinta, kesabaran dan kegigihan...
"Mengapa kita harus mendengarkan suara hati kita?" tanya si anak ketika mereka mendirikan tenda pada hari itu. "..Sebab, di mana hatimu berada, di situlah hartamu berada..." jawab sang Alchemist.........
******
Saya tiba-tiba merasa seperti si anak gembala itu, mencari sesuatu yang disebut sebagai "pertanda". Sesuatu yang kelak akan menuntun saya menuju takdir yang saya cari, sesuatu yang akan mengajarkan saya tentang jiwa dunia, tentang cinta, kesabaran dan juga kegigihan.
Saya merasa benar-benar letih, seperti tengah menyusuri masa lalu, dan juga masa kini yang sama-sama menyesakkan.
Dan sepanjang hari ini, saya memikirkan banyak hal, barangkali semua ini juga adalah "pertanda", bahwa saya memang harus "berhenti" disini, mendengarkan lagi kata hati, meluruskan lagi niat, dan memulai semuanya dari awal kembali........
Makassar, 03 September 2008 - 00 : 10 wita
tentang percaya.....
adalah rasa percaya...dan tentang kepercayaan, ia bisa hilang
hanya dalam sekejap kata, tak peduli, sekalipun kita telah membangunnya
disepanjang waktu hidup kita...
Makassar, 29 Agustus 2008 - 08:30 wita
ramadhan
saya ingin meminta maaf kepada banyak orang
barangkali saja, dalam jejak ramai dan sunyi yang saya lewati
selain suka, mungkin juga telah meninggalkan segurat luka
mohon maaf lahir dan batin....
oya, beberapa malam yang lalu, disebuah tempat
yang bermandikan cahaya kuning keemasan
seorang sahabat pernah berkata kepada saya :
"jangan terlampau cemas,akan tiba saatnya...
sebab Ia masih dipingit Tuhan dan juga semesta...."
Hmmm..thanks bro...saya hanya merasa seperti mengejar pagi,
sementara malam masih terasa sangat lama...
Makassar, 28 Agustus 2008 - 18:30 wita
nelangsa
adakah seseorang yang bisa menolong ?
kami hanya ingin berdamai dengan masa lalu
berdamai dengan masa kini
dan berdamai untuk masa depan kami......
Makassar, 26 Agustus 2008 - 19:30 wita
senja
puisi
kenapa tidak pecahkan saja gelasnya biar ramai
bosan aku dengan penat, dan pergi saja kau pekat
seperti berjelaga jika ku sendiri...
kuingin lari kepantai, kembali kehabitatku
atau aku harus lari ke hutan, ke tempat habitatmu...
ada laba-laba hitam di kamar mandi belakang
sudah seminggu gak mau pergi-pergi
aku hanya mau mandi...jangan ganggu aku lagi....
Makassar, 24 Agustus 2008 - 11:45 wita
"kepada Rangga dan Cinta :
maafkan saya, jika telah merusak puisi cinta kalian..
kabar petang
Seperti biasa, jika Jakarta lagi ramai-ramainya, maka anak-anak Biro harus menunggu lebih lama untuk dapat giliran menyajikan beritanya. Kalau sudah begitu, biasanya dari jatah 3 atau 4 berita di rundown, yang terealisasi hanya satu berita. Bahkan pernah gak ada live sama sekali dari Biro, sekalipun satu setengah jam sebelumnya kami telah bersiap-siap didepan kamera....
Lama menunggu, akhirnya PD di ruang panel menginstruksikan saya untuk membacakan berita tentang penyaderaan mobil dinas....
" sandera mobil dinas yang mana??, gak ada naskahnya saya pegang, di rundown juga gak ada??..". Dengan penuh semangat 45 saya tentunya menolak membacakan berita itu. Jangan sampai saya terlihat bodoh lagi, gara-gara kesalahan kordinasi kayak gini. Tapi syukurlah, berita itu akhirnya batal dibacakan hehe...
Lalu, setelah Medan dan Surabaya, Makassar akhirnya diminta naik dengan berita demo kader Golkar di Kolaka, Sulawesi Tenggara. Disinilah semuanya bermula, naskah berita ini telat masuk, dan tololnya karena keasyikan membunuh waktu menunggu giliran dengan maen game di laptop , saya jadi kurang memperhatikan naskah itu dengan seksama. Sialnya lagi saya juga sempar berpikir, kayaknya gak mungkin deh yang ini mau dinaikin duluan, masih ada beritaku yang lain yang belum saya bacakan dari tadi...
Tapi terlambat sudah, hanya tersisa 30 second menuju count down, PD Jakarta meminta saya siap-siap, sementara saya sama sekali tidak siap, dan terjadilah kekacauan itu. Saya gak konsen, salah baca lead, dan beritanya ternyata VO, sementara naskah yang saya pegang penuh kotoran tinta fax, jadinya tidak begitu jelas...dan seluruh badan beritapun saya bacakan dengan kacaunya.....
Tapi alhamdulilah..gambarnya nge-freeze...jaringan indosat tiba-tiba drop, gambarku jadi patah-patah, audionya juga putus-putus. Dan semua ketololanku itu akhirnya tersembunyi dibalik semua masalah koneksi jaringan tersebut......
Makassar, 23 Agustus 2008 - 21:15 wita
"Hari ini seorang sahabatku tengah berduka......saya hanya bisa mengirim doa, semoga selalu diberi ketabahan, juga kesabaran. Tidak ada yang abadi dalam hidup ini, semua yang ada di langit dan bumi ini adalah milik Allah, dan hanya kepada-NYA kita semua pasti kembali....."
17 Agustus.......
"hari ini 17 agustus....." kata Ibu tersenyum.
Astaga...saya baru ingat, 17 agustus bagi kami bukan sekedar hari kemerdekan bangsa ini, tapi lebih dari itu, 17 Agustus adalah hari ulang tahun Ayah.
Dan pagi ini, saat hiruk pikuk perayaan kemerdekan RI meriah diseluruh penjuru negeri, saya menelponnya berkali-kali, tapi handphonenya tidak aktif. Saya akhirnya baru bisa berbicara dengan Ayah, setelah menelpon si bungsu Nana terlebih dahulu...
"Ayah tidak minta apa-apa, hanya minta doa rabbigfirlii waliwalidayya, warhammhumaa..kama rabbayaani sagiira, setiap shalat lima waktu....." begitu katanya.
Hanya itu, tidak ada yang lain. Dan selanjutnya pembicaraan di telepon diakhiri lebih cepat, katanya dia sedang sibuk menyiapkan perlengkapan masjid karena ramadhan semakin dekat.
Ah, saya hanya sempat mengucapkan selamat ulang tahun kepadanya, tapi sebenarnya bukan hanya itu, yang ingin sekali saya katakan adalah, saya rindu, benar-benar rindu.....
Makassar, 17 Agustus 2008 - 08:45 wita
masa lalu
**** : iya, benar..maaf siapa ya?? (seperti suara orang baru bangun tidur)
budi : ini dengan budi..hmm..sory dengar2 mau married ya? kok gak ngundang?
**** : bukan mau married bud..tapi sudah married..!!
budi : ...###@@@****???////...glekkk..., oya ??
**** : iya, soalnya gak ditahu dimana rimbanya, jadi gak ngundang....
budi : ouuhh..iya..iya...maaf-maaf, sudah dulu ya...(telpon diputus)
**** : ...!!???
wadoohhh..jadi malu..hehehe...sudahlah..jangan dilanjutkan lagi...
hanya sepenggal kisah masa lalu...cukup saya, dia, dan Tuhan saja yang tahu...hehe..
Makassar, 06 Agustus 2008 - 19:50
dari balik terali
Saya juga sedih, benar-benar sedih, melihat bocah yang usianya belum cukup dua tahun itu, memanggil-manggil Ayah, pada setiap pengendara motor yang melintas di depan rumahnya sore itu. Pada malam sebelumnya, di depan kantor polisi, saya juga melihatnya menangis, dalam dekapan ibunya. Sementara Ibu si bocah, dengan mata yang selalu basah, Ia terlihat seperti memeluk nasib yang berhembus dingin bersama angin malam….
Makassar, 26 Juli 2008 – 12:00 wita
“untuk sahabat-sahabatku dibalik terali, moga selalu sabar, semuanya pasti ada jalan keluarnya. Terkadang, Allah mencintai kita dengan cara yang tidak kita mengerti…”
ruang waktu
Makassar, 25 Juli 2008 - 15:50 wita
hard day
Ini hari ketiga, flu berat ini masih terus menggerogoti, sementara saya kebagian shift begadang. Sedikit penawar dari sekaleng bear brand juga ester-C ditambah sebungkus ajian dari nasi padang warung 17 Propinsi, semoga bisa membawa perubahan….
04: 30 wita :
Seperti yang sudah saya perkirakan, telpon ajaib itu meraung-raung di kuping, Jakarta minta gambar korban perempuan yang tewas akibat di panah orang tak dikenal segera dikirim…...hah, 16 derajat celcius temperature AC di ruangan master control, semakin membuat demam ini kian terasa. Kepalaku agak sakit, terasa berat, makin sempurna jika dipadukan dengan hidung yang tersumbat dan suhu tubuh yang naik turun…
07 : 00 wita :
Bangun pagi, alhamdulilah, jadwal piket berakhir, saatnya mandi. Katanya kalau mandi pagi-pagi bisa mengusir flu, tapi perasaan abis mandi sama aja, malah hidung ini seperti mau meleleh, kedua bola mata ini juga terasa seperti menyimpan api….
10 : 00 wita :
Menuju ke Barombong, menyelesaikan proyek masa depan, meski sebenarnya panas dingin suhu tubuh masih terasa sangat menggangu, saya gak punya pilihan, sebab ada beberapa janji yang harus diselesaikan. Tapi sayangnya mereka yang bertanggungjawab atas proyek masa depan ini rupanya gak jadi datang. Kata Pak Rusman, “ Sakitki istrinya Dg. Sija Pa’, mauki dibawa berobat dulu di Rumah Sakit Syeh Yusuf, besokpi baru saya lanjutkan pekerjaannya….”. Sayapun akhirnya tertidur kelelahan diatas karpet sambil dengar-dengar radio, lemas banget. Demam ini mulai terasa makin mengganggu. Sementara itu, jalan pulang ke kantor terasa makin jauh .
*****
22 : 00 wita :
Kembali duduk manis di depan computer, dengan jaket yang menutup hingga kepala. Memeriksa email-email naskah, juga mengirim listingan untuk proyeksi Kabar Malam dan kabar Pagi besok. Ada sekaleng susu bear brand, juga sebungkus nasi dan setablet decolgen, semoga besok tidak akan seberat hari ini…
Makassar, 21 Juli 2008 – 22 : 00 wita
kupu kupu
tapi sayap-sayap kecil ini seperti tak mau berhenti mengepak,
meski sebenarnya mulai terasa lelah....
Makassar, 19 Juli 2008 - 15:35
selamat pagi
Semalam mataku panas, juga nafasku, saya lebih memilih memeluk guling dipojok ruang siaran, harus kuat, jangan sampai drop lagi, karena untuk orang-orang yang hidup jauh dari rumah seperti saya, merawat diri sendiri yang sedang sakit adalah hal terkonyol yang sudah sering saya lakukan.
Malam juga jadi terasa agak lama dari biasanya, padahal sebenarnya tidak ada yang berbeda dari setiap detak jarum jam di dinding itu. Anak-anak juga kulihat lumayan sibuk, ada kebakaran gudang gas elpiji di jalan Tentara Pelajar, juga seorang mahasiswa Universitas Negeri Makassar yang ditembak secara misterius di daerah Panakukang, kasihan...padahal katanya mahasiswa tersebut sementara menyusun tugas akhirnya untuk meraih gelar sarjana...
*****
“….dan pagi ini sebenarnya saya ingin bercerita banyak, seperti dari sebuah rumah, kita melihat dunia dari jendela yang berbeda..…tapi saya sulit menuliskannya. Biar saja semuanya hening, dan menjadi doa dalam diam, hingga tiba saatnya nanti, ketika waktu membuka semua rahasia…..”
Makassar, 18 Juli 2008 – 10 : 00 wita
setelah semuanya berderu dikejar waktu
Sore tadi, diam-diam saya membuka catatan-catatan kecilmu, benar adanya, seperti yang pernah kau ceritakan, bahwa hal yang paling tragis dalam hidup ini bukanlah ketika kita sendiri dalam kesedihan, tapi justru sebaliknya ketika kita sendiri dalam kegembiraan…..
Makassar, 5 Juli 2008 – 20:50
telegram duka
sebagai tanda belasungkawa atas dipecatnya seorang kawan jurnalis,
baru-baru ini kawan saya dipecat atau dipaksa mengundurkan diri
dari stasiun TV tempatnya bekerja,
karena permintaan seorang jenderal polisi berbintang dua yang tak tahan dikritik...
Makassar, 26 Juni 2008 - 19:30 wita
pasir
semakin erat digenggam...
semakin membuatnya mudah terlepas...
Makassar, 14 Juni 2008 - 22:00 wita
diluar hujan masih rintik-rintik
Saya lapar..tapi saya rindu masakan rumah, rasanya dalam 10 tahun terakhir hidup bergerilya di Makassar, sangat jarang bisa mencicipi masakan rumahan. Semuanya instant dari warung ke warung, …tiap hari, saya seperti melakukan safari kuliner, dari warung yang satu ke warung yang lainnya. Sekedar mencari alternative untuk menekan rasa eneg di tenggorokan.
Bagi orang yang hidup seperti saya, ketika semuanya dilakukan dengan cara membeli, maka untuk makan setiap hari, ada beberapa hal yang mesti jadi pertimbangan. Pertama : Tempat makannya tidak terlalu jauh dari kantor, apalagi malam-malam dingin kayak begini. Kedua : Harga harus bisa terjangkau dikantong. Ketiga : Bersih, memenuhi standar kesehatan dan rasa yang tidak mengecewakan, setidaknya cocoklah dengan lidah kampungku ini...
Biasanya kalau siang, saya makan di Ibu Ety, tempat makan langganan di dekat Metro TV, agak jauh seh dari kantor yang sekarang. Tapi saya selalu berusaha bisa makan disitu, setidaknya untuk sementara hanya warung sederhana milik Ibu Ety yang merepresentasikan masakan rumahan, bukan masakan warung yang memang bermazhab kolektivisme, satu rasa untuk semua, semua untuk satu rasa, dan selalu hanya itu-itu saja. Sayangnya warung kecil milik Ibu Ety hanya buka sampai sore.
Dan malam ini, saya mau kemana lagi? makan di tenda sari laut lagi? atau nasi goreng lagi ? atau rumah makan padang lagi?. Perasaan kemarin dan kemarinnya, sari laut, juga nasi goreng, dan juga warung padang…Ah, sama saja…sama-sama berminyak dan berpeluang menumpuk kolesterol. Malam ini, selain coto, saya benar-benar ingin makanan yang berkuah…yang panas dan pedas, biar flu ini bisa terbang tak kembali.
Kalau sudah bingung cari makan kayak gini, saya jadi ingat rumah, ingat almarhumah Ibu, rindu dengan masakannya, karena selalu saja terasa beda enaknya kalau Ibu yang masak. Meski hanya dengan lauk seadanya. Tapi itu dulu, empat tahun yang lalu, saat ibu masih ada....ah, saya merasa sudah terlalu lama meninggalkan rumah…..
Makassar, 11 Juni 2008 – 00:00 wita
"Oya...terima kasih untuk segelas teh dan sebotol you-C nya hari ini..
dari tadi handphone ini tak berhenti berbunyi...tapi hanya listingan berita..."
hari ini
Bisa bangun lebih cepat, kalau bisa subuhnya gak bolong-bolong lagi..pukul 05:30 wita..paling telat bisa bangun jam segitulah..
Terus pergi berenang di kolam renangnya Kodam VII pukul 07:00 – 09:00 wita..
Habis itu sarapan yang banyak di Ibu Ety, karena pasti lapar banget setelah berenang..pukul 09:00-10:00 wita
Lalu pukul 10:00 wita, pulang mandi, terus menyelesaikan beberapa rencana kecil, juga janji-janji, sebelum akhirnya masuk lagi untuk shift begadang mulai pukul 18:00 wita nanti...
Tapi rupanya meleset jauh, jadinya malah seperti berikut ini….:
Bangun pukul 09:00 wita, dengan kepala yang terasa berat, tenggorokan yang tersekat, perih, hidung yang mampet…juga badan yang panas dingin gak karuan….hhaahh..sepertinya ini pertanda buruk..saya rasa ini salah satu dampak dari kondisi yang drop disertai komplikasi jatah shift begadang semalam....
Akhirnya baru berhasil mandi setelah meneguk air putih banyak-banyak…pukul 10:00 wita. Saya juga sempat mengalami sedikit amnesia, karena nyaris tak bisa membedakan dua handuk biru yang tergantung di kamar belakang, hmm..punyaku yang mana yahh...??
Sebungkus nasi dari warung padang dan sebotol You-C 1000 sebagai ajian penangkal serangan.….juga vicks VapoRub di tenggorokan…semoga bisa membantu….Dan sekarang pukul 11:30 wita…saya berharap semuanya akan segera jadi lebih baik seterusnya….
Makassar, 9 Juni 2008 - 11:30 wita
dalet dan seperangkat alat make-up
“ Kok..jadi kayak srimulat bud..hehe..” kata nak-anak dikantor yang tiba-tiba jadi kayak orang kesurupan melihatku. Saya nyengir aja, asem rasanya mendengar celoteh-celoteh iseng anak-anak. Tapi sebenarnya saya pusing juga, kalau dulu di Metro TV, saya terbiasa live report dari lapangan, jadi tak perlu ritual yang macam-macam, ditepoki bedak dikit udah cukup, yang penting muka berminyak ini bisa sedikit ternetralisir.
Tapi sekarang sejak di TV One, dengan format siaran studio, saya jadi kalang kabut. Apalagi disini tidak ada orang khusus yang menangani make-up, padahal setahuku di Biro Medan dan Surabaya ada orang khusus untuk urusan-urusan kayak begini
Sebenarnya meski semua kerepotan itu harus dijalani, akan bisa termaafkan, jika siaran live berlangsung aman. Tapi ini malah jadi menyebalkan, gara-gara dalet sialan. Saya hanya bisa duduk bengong kayak sapi ompong dikursi pesakitan presenter, selama satu jam lebih, hingga siaran tutup, tanpa sekalipun nongol, adalah ending yang menyebalkan.
Dalet, kabarnya adalah sebuah peralatan canggih terbaru yang hanya dipakai satu-satunya TV dimuka bumi ini, yaitu TV One. Secara teori, perangkat teknologi ini bisa membuat pekerjaan produksi berita televisi jauh lebih mudah dan cepat, sebab semuanya dilakukan langsung disini, mulai dari pengeditan, dubbing, hingga on air. Saya sendiri belum pernah melihat peralatannya seperti apa, tapi perasaan selama tujuh bulan saya bekerja disini, kenyataannya adalah… selalu saja dalet ini mermasalah..!!
Sudah terlalu sering, para presenter jadi seperti orang bego di layar televisi gara-gara paket-paket berita yang telah tersimpan di dalet tidak bisa diputar, atau terhapus dan hilang entah dimana.
Seperti malam senin kemarin, saya harus menunggu selama sejam dengan setelan jas lengkap di kursi siaran, dan endingnya tak pernah muncul-muncul biar hanya sekali. Sementara Divi dan Shinta di studio Jakarta teriak-teriak minta ampun gara-gara disuruh memperpanjang wawancara yang sebenarnya sudah terlalu panjang dan dengan pertanyaan-pertanyaan yang mulai terkesan dipaksakan.
Entahlah, seberapa rumit sih peralatan canggih itu, yang dari semua stasiun TV diatas bumi ini, kabarnya hanya TV One yang menggunakannya. Hampir setahun, tapi masalahnya selalu sama…saya hanya tak mau lagi duduk bengong kayak sapi ompong seperti kemarin malam..
Makassar, 02 Juni 2008 - 16 : 30 wita
masih ada waktu
Untuk jenis pekerjaan seperti ini, kecepatan, ketepatan dan sikap waspada memantau setiap perkembangan, tidak selamanya ditentukan dari seberapa luas kita membangun jaringan peliputan, tapi juga pada bagaimana mengatur ritme, menjaga semangat dan kekompakan tim, meski untuk mempertaruhkan semua itu, kadang kita memang harus menelan apa yang tak seharusnya kita telan, dan kitapun harus kuat bertahan ditengah banyaknya kepentingan yang berperang diatas kepala.
Hmmm…sebentar lagi, mungkin tinggal menghitung hari, salah satu diantara kami di rumah putih ini telah memilih berangkat lebih dahulu, pindah ketempat yang baru. Saya selalu berusaha untuk memahami, berupaya untuk mengerti, karena saya mengenalnya dengan baik, dan rasanya seperti yang sudah-sudah, sikap kerasnya membuat saya tak bisa berbuat banyak, selain mengikhlaskan, jika saja nanti dalam sehari dua hari ini “jalan pedang” ini benar-benar dia pilih. Tapi sejujurnya saya merasa kehilangan seseorang, yang tidak sekedar menjadi rekan sekerja, tapi juga sahabat, bahkan saudara.
Makassar, 1 Juni 2008 – 00:00 wita
“Bro…masih ada sedikit waktu…untuk merenung lagi barang sejenak, mendengarkan lagi kata hati. Jangan tergesa-gesa,karena setiap jalan pedang yang kita pilih....selalu dipenuhi duri, tidak hanya menikam mata kaki…tapi juga mata hati..….”
setangkup kesedihan
“ Jangan terus menerus menyimpan kesedihan dalam lemari kenanganmu…karena kesedihan itu, hanya akan menghapus harapan-harapan…”.
“Oya, satu hal lagi….semuanya terserah engkau, karena rumahwaktu ini selalu terbuka untukmu.....”.
Makassar, 20 Mei 2008 – 19:30 wita
kita di rumah putih ini
Seperti ribuan batu bata, yang disusun menjadi tembok sebuah bangunan, tidak ada yang memiliki arti lebih, apakah pada sisi paling atas atau paling bawah kita diletakkan, kita semua tetap sama, bertugas untuk saling menopang bangunan yang kita tegakkan. Akan ada yang goyah jika salah satu diantara kita dilepaskan.
Orang-orang barangkali dapat saja melihat kita sebagai elemen-elemen terpisah, seperti bata, pasir, semen, besi, kayu dan sebagainya. Tapi percayalah, mereka akan lebih suka melihat kita sebagai satu bangunan yang utuh. Karena pada sisi inilah keindahan kita lebih bisa dinikmati…bukan ketika kita terpisah sebagai elemen-elemen yang berbeda.
****
Tentang pekerjaan ini……
Saya ingin berterima kasih dan memberikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua yang ada dirumah putih ini, mulai dari teman-teman kontributor yang selalu berjibaku menentang bahaya dimedan peliputan, teman-teman office boy, driver dan security, selain melakukan tugas rutin sehari-harinya, mereka juga dengan sabar menjadi penjemput kaset-kaset liputan, ketika kita tengah beradu cepat dalam pertarungan di atas layar dengan televisi tetangga sebelah.
Juga kepada Abo yang tak pernah letih untuk menjaga kedisiplinan dan semangat tempur para pasukan komando. Atau Vero dan Tody, dengan kerjasamanya selalu bisa menyajikan apa yang kami masak menjadi sebuah hidangan lezat untuk dinikmati pemirsa. Tentunya tak lupa kepada Mas Kepala Biro, untuk madu dan telur ayam kampungnya, saat kita mulai didera keletihan yang teramat sangat (supaya kita tetap berdiri keras dan kuat) hehehe…..juga buat anak-anak magang yang telah menjadi pelapis yang baik.
Saya hanya ingin mengatakan, bahwa tidak ada diantara kita yang tidak memiliki arti, atau ada diantara kita yang lebih berarti, sementara yang lainnya tidak. Kita hanya akan memiliki arti, jika kita ada dan bekerjasama dengan yang lain…
Makassar, 16 Mei 2008-21:00 wita
bunga biru
jika telah menjadi takdir, kelak akan tiba saatnya juga
bunga biru itu tumbuh dan bersemi dalam lingkaran waktu
Semoga engkau lelap dipeluk gelap
karena malam ini ku kirim banyak doa untukmu.....
Makassar, 5 Mei 2008 - 00 : 00
mengejar separatis di negeri Aboru
Saya harus berpegang erat pada tiang atap speedboat, jika tidak ingin kepala menghantam atap. Saya kerap didera kecemasan, berpikir tentang keselamatan kami, juga dengan peralatan yang kami bawa. Apalagi beberapa kali, speedboat kami mengalami mati mesin ditengah perjalanan. Sedangkan Abo, kulihat sepertinya ia mulai lelah berulangkali dihempaskan di dalam speedboat, makanya dia memilih berdiri disisi kemudi, berpegangan pada besi-besi diatas atap speedboat.
Jhoni Salakore, sosok yang basah oleh hempasan ombak dibalik kemudi speedboat kecil ini, adalah anak muda asli pulau Haruku yang telah bertahun-tahun melintasi kawasan perairan ini. Saya mencoba menepis rasa khawatir, atau setidaknya, saya menaruh kepercayaan pada kelihaian Jhoni, mengendalikan speedboat yang menari-nari diatas gelombang.
Kami akhirnya berhasil merapat di pesisir pantai Aboru, sebuah desa kecil di pulau Haruku, yang mencuat namanya seiring maraknya aksi kelompok separatis Republik Maluku Selatan (RMS) di Maluku. Aboru adalah salah satu dari sekian banyak desa adapt di Maluku, yang disebut sebagai negeri Aboru.
Pada bulan Juni 2007 silam, puluhan anak-anak muda dari negeri Aboru ini, telah menyusup sebagai penari cakalele dalam peringatan hari keluarga nasional yang dihadiri oleh presiden SBY, dalam penyusupan tersebut, mereka telah membentangkan bendera benang raja RMS. Selain itu, dari beberapa data yang saya kumpulkan, pada ulang tahun RMS 25 April 2002 silam, sedikitnya 220 bendera benang raja telah berkibar di negeri kecil yang hanya dihuni oleh 700 KK tersebut.
Saya telah banyak mendengar cerita, tentang perilaku orang-orang negeri Aboru yang kabarnya tidak bersahabat dengan pendatang asing, apalagi aparat keamanan. Tapi saat menginjakkan kaki di negeri tersebut, semuanya jauh dari yang pernah saya bayangkan. Saya bertemu dengan warga yang membalas senyuman. Dan juga ratusan aparat keamanan yang bekerja membangun jalan dan jembatan.Raja negeri Aboru, Semol Leuheru, menolak jika negeri mereka di identikkan dengan RMS. Menurut Semol, mereka tetap cinta pada NKRI, kalaupun ada yang ikut serta dalam gerakan separatis RMS, itu hanya segelintir orang yang tidak paham dan telah termakan issu-issu menyesatkan.
Aboru, adalah sebuah negeri adat yang indah dan tersebunyi di teluk pulau Haruku. Permasalahan di Aboru, memang bukanlah masalah ideologis, atau sebuah keinginan kuat untuk berpisah dari NKRI. Orang-orang di negeri Aboru, hanya meminta sedikit keadilan dari pemerintah daerah Maluku. Mereka butuh perhatian untuk masalah-masalah yang sangat sederhana, seperti jalur transportasi yang mudah dan tidak berbiaya tinggi, juga tentang kebutuhan pokok sehari-hari yang bisa mereka dapatkan dengan lebih mudah.
Saya sebenarnya masih ingin berlama-lama di negeri adat kecil yang fenomenal ini, hanya saja kami harus segera pulang, sebelum hari beranjak sore, dan ombak di laut Banda semakin membesar.
Ambon, 23 April 2008
telanjang
“Bagimana bisa..??” Saya bertanya pada Itol, kontributor sableng yang merekam kejadian vulgar di pagi itu. Dan menurut Itol, perempuan malang itu mengamuk setelah pria hidung belang yang mengencaninya semalaman penuh di sebuah hotel, tiba-tiba menghilang tanpa menuntaskan pembayaran yang telah disepakati. Itol juga mengaku dengan bangga, bahwa gambar tersebut dia peroleh secara eksklusif, karena dialah satu-satunya wartawan yang berada di TKP pagi itu.
Ah, entahlah, saya harus prihatin, dan mengutuk pria hidung belang itu, atau tertawa lucu melihat rekaman gambar Itol, apalagi ketika sejumlah polisi laki-laki berseragam lengkap bersama sebuah mobil patroli, terlihat kebingungan membujuk perempuan paruh baya tersebut, untuk segera mengenakan pakaiannya dan menyudahi adegan nekat tersebut.
“Tidak dibayar, seorang PSK mengamuk dan telanjang dijalan raya” demikian judul berita Itol tersebut saya listing untuk proyeksi Kabar Siang bersama sejumlah berita-berita lainnya. Dan Mas Lukman kord.liputan daerah yang piket pagi itu, sepertinya kebingungan bagaimana caranya mem-blur-kan seluruh adegan vulgar tersebut, agar sopan untuk dikonsumsi pemirsa TV disiang bolong begini.
Meski pada akhirnya, atas pertimbangan etis dan sebagainya, berita eksklusif Itol tersebut tidak ditayangkan, tapi kini malah jadi tontonan dan lucu-lucuan anak-anak di kantor.
Dan tentang perempuan yang mengamuk dalam keadaan telanjang tersebut, saya jadi berpikir tentang kerasnya hidup ditengah belantara yang dikepung beton ini. Kehidupan yang melaju tanpa ampun, dan menggilas semua yang terlewati, hingga untuk bisa bertahan, orang terkadang harus menggadaikan semua hal,ya, semuanya, tanpa terkecuali.
Makassar, 09 April 2008 – pukul 08:00 wita
tentang kita
kita masih terus dikepung kenangan
yang menari-nari diujung jalan sepi....
Makassar, 26 Maret 2008 - 11 :00 wita
cameraperson
Sebab kunci dari siaran berita televisi adalah gambar, no picture no news, itulah sebabnya mengapa banyak jurnalis televisi yang kemudian menjadi korban dalam sebuah peliputan, dikeroyok massa, bahkan sebagian tewas terbunuh. Atau yang paling sederhana mungkin adalah harus siap bertahan selama berjam-jam disuatu tempat, bahkan berhari-hari, untuk menanti sebuah moment penting dan eksklusive terekam melalui lensa kamera kita.
Pertemuan semalam jadi membuatku terkenang waktu awal-awal kerja di Metro TV tiga tahun silam, dimana hampir tiap saat, hari-hariku dipenuhi dengan makian bang Brur akibat rekaman gambarku yang tidak sesuai standart yang diinginkan. Tapi setidaknya semua makian pada awal-awal kerja dulu bisa saya rasakan manfaatnya sekarang-sekarang ini.
Dua tahun terakhir saya di Metro TV, saya semakin jarang menenteng kamera saat liputan, setelah lebih banyak dialih fungsikan sebagai reporter live. Memang menyenangkan menjadi reporter dan melaporkan sebuah peristiwa secara live, tapi saya merasa mengabadikan sebuah peristiwa dengan kamera jauh lebih memiliki tantangan, apalagi jika liputannya didaerah konflik. Sekarang di TV One ini, dengan tugas dan tanggung jawab yang sedikit berbeda dari tempat kerja dulu, sepertinya saya jadi semakin jarang berada dilapangan meliput sebuah peristiwa, lebih banyak dikantor, lebih pada fungsi koordinasi dan proyeksi agenda peliputan.
Sebenarnya saya tidak terlalu menyukai berada dalam kondisi seperti ini terlalu lama, menurutku ini bisa melemahkan kemampuan adaptasi dilapangan. Mestinya semuanya bisa berjalan seimbang.
Saya juga terkadang merasa terlalu cepat untuk diparkir dalam ruang redaksi seperti ini, sementara masih banyak yang belum dapat saya capai, saya masih membutuhkan liputan-liputan lapangan yang mengasah analisa, juga kecepatan, ketepatan dan keberanian berhadapan dengan situasi-situasi yang tidak terduga.
Makassar, 13 Maret 2008 – 18 : 15 wita
sepasang sayap putih
yang mengepak cepat, terbang dan berlari melintasi malam
sementara kita terbawa diatas punggungnya...
jika ia kerap membawa kita melalui jalan-jalan malam yang hitam dan sunyi
jangan pernah risau, tetapkan hati, dan yakinkan pikiran
bahwa kita tengah dibawa terbang menuju takdir yang kita cari...
sebab kita takkan pernah bertemu pagi yang indah
tanpa melewati sisi malam yang kelam...
kita hanya punya satu kesempatan dalam hidup ini
jangan biarkan ia berlalu dengan sia-sia
berjuanglah dan buatlah ia menjadi lebih berarti ....
"suatu senja, saat kau datang membawa setangkup kesedihan padaku"
makassar, 9 Maret 2008 - 18 : 30 wita
guru kami
kami benar-benar telah kehilangan..
seseorang yang selalu menjadi teladan dan juga inspirasi..
tentang keteguhan hati, tentang keikhlasan dalam hidup...
juga tentang semangat yang tak berhenti menyala...
tentang pribadi yang penuh kelembutan dan sederhana…
Selamat jalan guru kami tercinta…
Semoga Allah memberikan tempat yang terbaik untuknya...
Amiiinn. ...
“duka kami untuk berpulangnya guru kami, sahabat kami DR.Mansyur Semma, Msi”
Makassar, 4 Maret 2008 – 09:07 wita
catatan di white board
Bagaimana caranya untuk keluar dari semua masalah ini tanpa membuat setiap orang akan merasa tersakiti? Bagaimana juga caranya untuk berdamai dengan semua kesalahan dan dosa masa lalu?
Saya selalu bertanya-tanya, apakah yang tengah direncanakan Allah untuk saya, apakah semua yang berlaku saat ini adalah hukuman ataukah sebuah ujian untuk sesuatu yang kelak akan jauh lebih baik lagi? Apakah hakikat dari sebuah takdir dalam hidup, apakah takdir setiap manusia telah ditentukan oleh Yang Maha Berkuasa? Ataukah kami masih diberikan kesempatan untuk merubah takdir kami masing-masing dengan segenap upaya yang bisa kami lakukan?
Aaahh…jalan ini terasa masih panjang, sungguh, saya tidak ingin lagi melihat kesedihan, saya ingin melihat hamparan jalan menuju masa depan yang terbuka dengan lapangnya.
*****
Saya memohon kekuatan dan Allah memberikan saya kesulitan-kesulitan yang membuat saya kuat. Saya memohon kebijaksanaan dan Allah memberikan saya persoalan-persoalan untuk saya selesaikan. Saya memohon kemakmuran dan Allah memberi saya otak dan tenaga untuk bekerja.
Saya memohon keteguhan hati, dan Allah memberi saya bahaya untuk diatasi. Saya memohon cinta, dan Allah memberi saya orang-orang bermasalah untuk ditolong. Saya memohon kebaikan dan kemurahan hati, dan Allah memberikan saya kesempatan-kesempatan. Saya tidak memperoleh yang saya inginkan, tapi saya mendapatkan semua yang saya butuhkan…
“..Dari sebuah tulisan kecil di white board kantor Metro TV yang ditempel mas Kabul dulu…” .
Makassar, 19 Februari 2008 – 20:45
lara
ingin rasanya memejamkan mata ini barang sejenak..
biar gelap kan-membuat semua beban ini sirna...
Makassar, 16 februari 2008 - 07:30 wita
rundown
Padahal kasetnya Ato, kontributor Bone itu, sejak semalam telah tiba di kantor, mestinya sudah harus di camcast dari semalam, dan bisa ditayangkan pada live kabar pagi tadi, jika saja saya tidak ketiduran di sofa kantornya anak-anak Trikalerz.
Sementara itu di kantor saya dengar anak-anak juga ketiduran karena kelamaan menunggu konfirmasi korda Jakarta yang menyatakan akan segera menghubungi kembali jika server camcast Jakarta telah siap untuk menerima kiriman gambar Makassar. Tapi entahlah, saya berharap berita kericuhan kampanye pilkada Bone ini sudah tayang pada kabar terkini usai program kabar pagi tadi.
Semalam saya benar-benar didera lelah dan kantuk yang tak tertahankan. Saya seperti tak punya sedikitpun energi untuk pulang ke kantor, hanya ada satu pilihan, merebahkan diri barang sejenak, setidaknya barang satu jam, lalu kemudian pulang ke kantor.Saya malah baru terjaga setelah suara Hp menjerit-jerit di telinga, pukul 04:00 wita. Di Hp beberapa miss call juga sms-nya kepala biro :
“ kaka, ada live pagi kaka, lead, rundown,
Dikirim via email, thanks…”
Saya sama sekali gak tahu kalau ada live pagi, tapi untung saja jarak kantor dari sini tidak terlalu jauh, saya hanya sedikit gelisah, pasti koran hari ini yang biasa di pake buat segmen head line surat kabar lokal belum datang. Artinya harus dicari dulu, setidaknya dijemput langsung di pengecer, sebab kalo di tunggu biasanya lama, bisa jadi baru datang setelah program kabar pagi selesai. Saya terkadang gak tega juga bangunin anak kontributor yang lagi pulas di pagi buta begini, hanya untuk menyuruh mereka keluar mencari penjual koran.
Untung saja satu setengah jam setelah itu, program kabar pagi bisa terlewatkan dengan baik. Dan berita-berita dari biro makassar didominasi oleh sejumlah kericuhan yang mewarnai aksi unjuk rasa diberbagai tempat, juga cuaca buruk yang terus melanda, dan up date drama penyanderaan bocah 9 tahun, di jalan Baiturrahman kemarin malam. Penyaderaan ini berakhir tragis dengan tewasnya sang penyandera diujung peluru petugas.
******
Saya menulis ini, dan disampingku, tepat didepan computer meja sebelah, kulihat Gusni, kontributor kabupaten Gowa itu hanya bisa terdiam, wajahnya yang kusut berlipat-lipat, semakin sempurna jika dipadukan dengan rambutnya yang acak-acakan, dengan model seperti itu, tidak ada satupun pertanda yang menegaskan bahwa dia adalah seorang wartawan, justru dia malah terlihat seperti tentara Nippon yang kalah perang, dan berada dibawah tahanan tentara republik.
Dibelakang Gusni ada Abo, korlip biro Makassar, yang sejak sejam yang lalu terus mencecarnya dengan masalah-masalah pada konten naskah ataupun gambar peristiwa kebakaran yang baru diliputnya. Ada benarnya juga semua yang dijelaskan Abo, setidaknya supaya Gusni bisa lebih teliti dan juga lebih sempurna merekam sebuah peristiwa…….tapi saya hanya kasihan melihat Gusni, dia begitu terpojok, nyaris tak bisa berkata apa-apa, file-file dalam memori otaknya seperti terhapus oleh serangan virus my heart, bahkan hanya untuk mengingat stok gambar apa saja yang telah dia rekam beberapa menit yang lalupun dia tak sanggup……
Makassar, 13 Februari 2008 - 18 : 40 wita
hujan dan kabar pagi
Hujan beberapa hari ini seperti tak bosan-bosannya mengguyur, dan seperti biasa, air yang tumpah dari langit hingga melebihi debit normalnya ini membuat segmen-demi segmen dilayar televisi kembali ramai dengan berita-berita banjir. Rumah-rumah warga yang tergenang dan juga ribuan hektar areal persawahan yang rusak dan terancam puso karena tergenang air. Kasihan para petani, mereka tak pernah diuntungkan, belum usai masalah harga gabah yang rendah dan pupuk yang langka dan mahal, kini mereka kembali harus diperhadapkan dengan siklus alam yang bergerak tak terkendali.
Semalam producer kabar pagi, mas Marwan ngirim SMS, katanya siap-siap untuk live pagi besok, dengan format baru yang berbeda dari sebelumnya. Selain berita-berita regular, saya juga diminta tampil dengan membawa serta setumpuk koran-koran lokal yang terbit pagi ini, lalu menjelaskan pada pemirsa tentang topik-topik terhangat yang menjadi ulasan media lokal di kawasan Timur Indonesia. Tapi untuk tahap-tahap awal, mungkin baru sebatas media lokal yang terbit di Sulawesi Selatan, itupun tidak semuanya akan diulas.
Untuk live pagi , aku memang harus tidur lebih cepat, setidaknya supaya bisa tampil dengan wajah yang sedikit lebih segar, dan tidak dengan mata yang membengkak dan tulang-tulang yang terasa mengeropos akibat begadang. Aku sudah melalukan itu, mencoba tidur lebih awal. Dan ternyata, live pagi ini, berlangsung dengan tergesa-gesa, terlihat tidak terencana dengan baik, dan menurutku ini diakibat beberapa hal :
Gambar-gambar banjir yang kami kirim semalam, tidak dilaporkan korlip yang bertugas pada producer pagi. Akhirnya kaset-kaset itu nyasar entah dimana, dan tidak satupun yang bisa di roll untuk Kabar Pagi.
Aku terbangun hanya 15 menit menuju count down live Makassar, hujan keras dan dingin yang membungkus tulang membuatku terlalu lelap untuk mendengar suara handphoneku yang meraung-raung. Aku terbangun dengan score 4 kali miscall dari Mas Marwan.
Koran-kora local, Tribun dan Fajar telat datang, untung ada Anchu yang keluar nyari-nyari Koran di pengecer. Selanjtnya aku sama sekali tidak punya waktu untuk menyimak lebih dalam isi berita utama koran-koran tersebut, karena keburu live, kecuali beberapa informasi dari judul besar pada HL tentang rencana penurunan tarif telepon dan foto-foto banjir yang melanda sejumlah tempat.
Benar-benar gak maksimal menurutku, live tadi menjadi sekedar pengganjal program, itupun untung ada Makassar yang siap live dalam waktu yang mepet. Karena Surabaya dan Medan rupanya udah tiarap dari semalam. Barangkali gara-gara itu juga, Mas Marwan sama sekali tidak mengajukan keberatannya dengan kondisi ini. Memang, kekacauan ini tidak terlihat di depan layar, bisa dibilang show live didepan layar pagi berlangsung aman, sebab tadi, kakak Yatie hanya memberi komentarnya tentang mata kiriku yang terlihat menyipit. Hanya saja saja saya tetap merasa terganggu. Semoga besok bisa lebih terencana dengan baik.
Makassar, 5 Februari 2008 – 07 : 30
kenangan
Apakah masih lekat dalam ingatanmu tentang perbincangan kita pada suatu senja yang sunyi?usai kau membaca buku Paolo Cheolho yang penuh inspirasi itu. Kau bercerita padaku, tentang sesuatu yang disebut sebagai pertanda, sesuatu yang akan menuntun setiap kita pada takdir masing-masing, sebuah takdir hidup yang memang kita inginkan. Pertanda-pertanda itu, hanya bisa kita temukan jika kita mengerti bahasa dunia, bahasa universal yang akan menghubungkan kita dengan alam semesta dan juga dengan Dia Yang Maha Berkehendak.
Menurutku, kehidupan adalah sesuatu yang selalu bergerak maju, sebab satu detik yang telah terlewati tak akan pernah kembali. Hidup ini, juga bukanlah sebuah garis lurus yang sederhana. Kita hanya akan merasakan indahnya sebuah kebahagiaan, setelah belajar dari kesedihan yang pernah kita lewati.
Tentang masa lalu, benarkah kita dan juga hidup kita, tersusun dari potongan-potongan kenangan? Seperti yang pernah kau katakan, bahwa kau selalu mencintai kenangan, sebab kenangan kita tentang sesuatu, akan membangun jalan untuk meniti setiap jejak hidup yang kita tapaki.
Akupun mencintai kenangan, bahkan semuanya selalu tersimpan rapi dalam lemari memoriku, hanya saja tidak selamanya kenangan itu akan menuntun kita pada kehidupan yang lebih baik. Kita memang perlu untuk mengenang masa lalu, seberapa getirpun itu, karena masa lalu adalah sesuatu yang pantas dikenang, tapi bukan untuk dijadikan beban yang kelak akan membunuh masa depan kita sendiri.
Kelak suatu hari nanti, waktu akan membuka semua rahasia, barangkali setiap kita akan mengerti bahwa selalu ada yang terbaik yang direncanakan oleh Yang Maha Berkehendak. Aku selalu yakin, bahwa Allah selalu mencintai setiap kita, meski terkadang dengan cara yang tak pernah kita mengerti. Hanya karena kita tak bisa melihat masa depan……
Makassar, 04 Februari - 00 : 45 wita
number one
malaikat
saat semuanya lelap
dalam sepi yang menari diujung malam
kelak ia akan menjagamu..
hingga pagi yang lembut membelaimu....
Makassar, 12 Januari 2008- 15 : 27
sepi yang menari
“….dan sepi-pun menari di tepi hari…”, saya tiba-tiba saja teringat dengan judul cerpen ini, meski saya sendiri lupa, siapa pengarangnya dan apa yang diceritakan dalam cerpen tersebut. Saya hanya selalu teringat dengan judulnya…entahlah, tapi belakangan ini saat semua ritme kerja yang bergerak cepat ini mulai melambat, perasaan seperti itu sering menyeruak dalam batin.
***
Tentang tempat kerja yang baru ini, rasanya belum banyak yang bisa diceritakan, meski dalam dua bulan ini saya merasakan ritme kerja dengan tim kerja yang benar-benar berbeda dari sebelumnya. Tanggung jawab kerjanya juga jelas berbeda, saya lebih banyak bersarang di kantor, lebih pada fungsi koordinasi dan manajemen peliputan. Meski demikian tanggung jawab yang baru ini justru membuat saya tak bisa lebih leluasa bergerak kemana-mana, malah perasaanku seperti selalu dikejar-kejar waktu, merasa seperti diuber-uber producer yang nagih setoran berita.… Padahal dengar-dengar juga, ini semuanya belum seberapa, sebab kata para Boss di Jakarta, kami semua akan bekerja lebih keras lagi jika stasiun TV ini berubah nama menjadi TV One pada tanggal 14 Februari 2008 nanti, dengan format yang baru sebagai stasiun TV News and Sport. Hmmm…padahal beberapa hari ini rasanya pengen istirahat sejenak, setidaknya bisa duduk ngopi di Mace baruga di Unhas.
Sejauh ini semuanya bisa terkordinasikan dengan baik, teman-teman kontributor sebagai ujung tombak peliputan juga masih dalam stamina dan mental yang terjaga dengan baik. Setidaknya beberapa kali kami selangkah lebih dulu dalam adu cepat pertarungan dilayar kaca dengan para competitor. Semoga saja situasi seperti ini bisa terus terjaga ritmenya.
Makassar, 11 Januari 2008 - 18 : 30