hening...

"...tak perlu berkata apa-apa, tak harus tergesa-gesa
bukankah kita lebih suka, bila semuanya tetap menjadi doa dalam hening ?"

Makassar, 30 April 2009 - 03.20

pintu kemana saja...

Petang ini lumayan ngantuk, gara-gara film di HBO semalam, saya baru bisa tidur saat jam menunjukkan pukul 03.00 dini hari, dan bangun pagi-pagi sekali. Padahal sampai film itu berakhir, saya bahkan tak tahu apa judul filmnya, saat menontonnya ceritanya sudah berjalan separuh. Tentang beberapa orang yang terperangkap dalam badai salju berkepanjangan, dan dimangsa oleh sekelompok makhluk semacam drakula.
Sebenarnya tadi saya ingin rebahan barang sebentar, tapi jam siaran petang sudah dekat, sulit juga rasanya memejamkan mata. Hari ini belum ada berita yang terlalu ramai, selain pelaksanaan ujian akhir siswa SMP dan perkembangan terbaru rekapitulasi suara pemilu yang ricuh dimana-mana. Betapa pesta demokrasi ini, sungguh menguras banyak biaya dan juga tenaga.
Saya juga mulai bingung melihat perabotan lenong itu, kemarin pas siaran kabar siang, seorang sahabat nun jauh disana bilang : " blush on-nya gak rata mas...:D ". Waah,jangan bilang-bilang hehe.., sebenarnya saya sudah menyadari kalau ini gak rata, cuman sampai detik ini saya belum berhasil memperbaikinya, saya selalu kelimpungan setiap memulai ritual-ritual menjadi "bentjong" setiap jelang siaran.
Tadi juga di kabar siang, sepertinya news room Jakarta lagi banyak masalah, tiba-tiba saja tanpa aba-aba, saya disapa Tika dan Reza untuk bacakan berita Biro Makassar. " sori, rundown lagi akrobat neh..." kata Riki di panel Jakarta. Untung saja di depanku sudah ada naskah, kalau tidak, maka seperti biasa, saya harus ikhlas terlihat blo'on dilayar televisi.
Hhhfff..sebenarnya saya tak tahu harus menulis apa, jadi saya tulis apa saja yang terjadi sepanjang hari ini. Saya masih memikirkan perbincangan-perbincangan kita, dijendela maya ini, sepanjang siang tadi. Btw, seandainya ada Doraemon dengan kantong ajaibnya disini, usai siaran petang ini saya ingin ketempatmu, mecoba telur dadar gosong yang kau maksud..:)

Makassar, 27 April 2009 - 19.15

nomor cantik

dua sms masuk, dengan pesan yang sama, pada dua nomor berbeda di handphoneku siang ini, sebuah pesan yang sangat pendek :

" ini nomor hp ayah yang baru "

sender:
08134010xxxx
sent:
25-Apr-2009
13:04:09

Hhmm...ayah akhirnya mengganti nomor hanphone-nya, setelah kemaren mengeluh hapenya dipakai para ponakanku kirim sms-sms dukungan di acara tv. Ia kerepotan menerima balasan-balasan sms dari para operator seluler.
Saya sudah bilang sama ayah, tak perlu diganti nomornya, tinggal ketik UNREG, lalu kirim kembali ke seluruh operator-operator selular itu. Tapi sepertinya ia terlanjur bingung, barangkali matanya yang mulai kabur itu makin lelah membaca sms-sms yang selalu saja masuk.
Ah, mungkin ayah lupa, dulu, tak lama setelah ibu meninggal, dengan bangga ia pernah berkata padaku sambil memamerkan kartu perdana sebuah operator seluler..
" perhatikan nomor ayah ini, ini nomor cantik, budi tau apa artinya?, angka 07 dan 12 diujung nomor ini, itu melambangkan hari dan bulan kelahiran ibu...".
Awalnya saya bingung melihat kombinasi angka-angka pada kartu perdana itu, tapi saya telah mengerti, kenapa ayah menyebutnya dengan nomor cantik. Saya hanya tersenyum, tak bisa berkata apa-apa, sebab ada sesuatu yang tersekat ditenggorokanku...mataku berkaca-kaca, dan saya tak mau ayah melihatnya...

Makassar, 25 April 2009 - 14.00

tentang doa-doa

katamu :
" saya malu pada Allah, bila sholat, doaku selalu lebih khusyu daripada sholatku sendiri. Betapa egoisnya saya, selalu meminta macam-macam, padahal saya belum bisa menunaikan seluruh kewajiban-kewajibanku kepada-Nya."
kataku :
" jangan pernah berhenti berdoa, bukankah hanya kepada Allah kita pantas meminta , dan hanya kepada-Nya kita berserah diri. Sebab kita hanya setitik debu dari semesta yang maha luas ini."

[...ingatkah kau, beberapa hari ini, kita nyaris menghabiskan separuh malam, bercerita tentang Tuhan, tentang doa-doa yang selalu kita panjatkan, juga tentang rasa cemas yang kerap menari-nari di ujung hati...]

katamu :
" saya ingin punya rumah di dekat masjid "
Kataku :
" saya ingin sholat di rumah, sebagai imam, dan makmumnya adalah istri dan anak-anakku "

[...tahukah kau, bahwa kita tak pernah bertemu muka, bahkan tak pernah saling mendengar suara. Tapi saya merasa seperti telah lama mengenalmu...]

Makassar, 24 April 2009 - 22.00

handphone

Akhirnya saya berhasil menelponnya, hari senin, pukul 10:30 wita, setelah berhari hari handphonenya tak pernah aktif. Kadang hal seperti ini sering membuatku cemas, juga sedikit kesal. Sebab untuk bisa berbicara dengannya, sayapun nyaris mengabsen satu persatu orang dirumah yang punya handphone.
Biasanya ia suka meninggalkan handphonenya di atas meja kamar, lalu pergi jalan-jalan menengok cucu-cucu kesayangannya, atau pergi menghabiskan waktu di pasar dekat rumah. Padahal handphone itu, saya belikan supaya bisa melepas rindu padanya, sebab diantara kami berlima, hanya saya yang terpisah jauh dari rumah...
Lalu, pada pembicaraan ditelpon tadi, kami saling berlomba-lomba menanyakan kabar, "alhamduliah, ayah baik-baik saja,...hape-nya sengaja ayah matikan, soalnya cucu-cucu ini suka mengirim sms di acara tv, jadinya ayah pusing liat sms yang banyak masuk di hape..." begitu katanya.
Hehehe...lucu juga, pasti ponakan-ponakanku yang lucu-lucu itu, memakai handphone ayah untuk mengirim sms dukungan pada idola cilik mereka, atau sms-sms gaul lainnya yang selalu di iklankan di tv. Mereka pernah bilang ke saya, kalau handphone ayah itu banyak pulsanya, soalnya jarang di pakai :).
Sudah tentu ayah akan pusing dengan balasan sms yang bertubi-tubi dari para operator selular itu, apalagi setahuku ayah cukup kerepotan bila harus membaca huruf-huruf sms yang kecil.
Dulu...waktu almarhumah ibu masih ada, biasanya ia suka memprotes kami yang ingin membelikan handphone buat ayah. Alasan ibu, telpon rumah sudah cukup, tidak terlalu merepotkan pengoperasiannya. Tapi kata ayah, handphone itu penting, supaya ia bisa selalu dihubungi, kapan dan dimana saja. Meski pada kenyataannya, setelah memiliki handphone, ayah lebih sering meninggalkannya di meja kamar....

Makassar, 20 April 2009 - 12.00

kabar pemilu

Berikut beberapa berita pemilu yang dibawakan dari biro Makassar seminggu ini...:

parepare 14 april 2009
judul : sembilan rumah warga dibongkar caleg
rep/cam : rusli djafar
slug : pre_rd_bongkar rumah
gambar : terkirim 3 file via korlip@tvone/naskahdaerah

lead :
korban kemarahan caleg yang di duga gagal dalam pemilu terus bertambah di kota parepare/ sulawesi selatan// setelah caleg partai bulan bintang/ kini giliran tim sukses caleg dari partai keadilan sejahtera/ pks/ membongkar sembilan rumah warga// tim sukses caleg tersebut kesal karena warga yang menempati tanah mereka tidak memberikan suaranya pada pemilu lalu//

[shoot list]
1.suasana pembongkaran
2.rumah warga di bongkar
3.detail pembongkaran
4.stabilish salah satu pemilik rumah
5.warga membersihkan puing puing rumah
6.wawancara bidayani/ pemilik rumah
7.wawancara nur aida buraera/ caleg pks

============================================================

pinrang 18 april 2009
judul : tim sukses caleg mengamuk gusur rumah warga
rep/cam : rusli djafar
slug gambar : pre_rd_tim sukses mengamuk
gambar : terkirim 3 file lewat korlip@tvone/naskahdaerah

lead :
mengetahui suara caleg yang diusungnya tidak mencukupi target perhitungan di tingkat ppk/ tim sukses caleg dari partai demokrasi kebangsaan/ pdk/ mengusir dan memerintahkan membongkar dua rumah warga di desa lotang salo/ kecamatan suppa/ kabupaten pinrang/ sulawesi selatan// sebelum melakukan pembongkaran/ tim sukses tersebut meneror pemilik rumah dengan menebang pohon pohon disekitar rumah warga//

[shoot list]
1.warga desa membersihkan puing
2.detail pembersihan puing rumah
3.pohon pohon bertumbangan ditebang tim sukses
4.anak anak membershkan puing
5.wawancara ahmad/ pemilik rumah
6.wawanca ibu dali/ pemilik rumah
7.warga yang membantu pemindahan rumah
8.estabilish lokasi

============================================================

maros 19 april 2009
judul : tim sukses tutup sumur – karena kecewa calegnya tidak dipilih
rep / cam : abdullah mustamin
lokasi : kabaupaten maros / sulawesi selatan
gambar : camcast via biro makassar

lead :
seorang warga dusun bonto kamase/ kabupaten maros/ sulawesi selatan/ menutup sumurnya yang biasa ditempati warga mengambil air bersih//pemilik sumur kecewa karena warga tidak memilih caleg yang diusungnya // akibatnya warga terpaksa bergotong royong untuk membuat sumur baru di dusun mereka//

[shotlist]
1.establish
2.suasana warga gali sumur
3.warga menimba di sumur
4.sot fatmawati ( warga kecamatan simbang )
5.dll

===========================================================

Sebenarnya masih banyak lagi, seperti menutup jalan karena tidak terpilih, meminta kembali sumbangan karpet dan sarung yang sudah diberikan pada ibu-ibu majelis taklim, dan lain-lainnya (ini baru di sulawesi selatan, di daerah lain kabarnya lebih gawat lagi). Sayangnya halaman blog ini tak cukup untuk menampung semua kegilaan demokrasi tersebut.....

Makassar, 20 April 2009 - 07.00

keinginan

Saya selalu memperhatikan rumah kecil itu, sebuah rumah yang tak mampu lagi berdiri tegak. Setiap kali saya lewat, perasaanku mengatakan, rumah itu semakin hari semakin miring ke belakang. Kadang saya sengaja lewat jalan itu lagi, hanya untuk memastikan, apakah rumah itu masih berdiri, atau jangan-jangan telah roboh diterjang angin.
Dari jalanan, saya bisa melihat selintas, pada ruang tamu dengan luas sekitar 4 x 2 meter itu, selalu ramai dengan penghuninya. Luas total rumah itu mungkin sekitar 4x7 meter persegi. Terlampau kecil untuk menampung mereka dengan jumlah lumayan banyak. Rumah itu, supaya ia bisa tegak berdiri, mungkin membutuhkan segerombolan tim bedah rumah seperti yang sering saya nonton dalam acara reality show di sebuah stasiun televisi.
Sudah beberapa kali saya melihat orang-orang yang tinggal dirumah seperti itu, terkadang ruang tamu, ruang makan, kamar utama suami istri, juga dapur, semuanya numpuk dalam satu ruangan sempit. Dengan komposisi keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, tiga anak yang masih kecil, juga nenek atau kakek, ditambah anggota keluarga lain seperti keponakan dsb.
Saya selalu berpikir, bagaimana caranya mereka melewati hari-harinya di rumah itu. Barangkali Allah selalu memberikan energi lebih bagi orang-orang miskin untuk melewati setiap kesulitan. Dan orang-orang berduit hanya diberikan sedikit rasa sabar dan juga daya tahan tubuh yang lemah.
Mungkin itu yang membuat orang berduit biasanya cepat kena penyakit macam-macam, hingga mereka harus merogoh kocek dalam-dalam untuk berobat kesana-kemari. Coba bandingkan dengan tukang becak depan rumah itu, yang selalu terlihat segar bugar, sekalipun siang malam ia tidur diatas becaknya.

*****

Sekali waktu, cobalah susuri jalan Banta bantaeng. Disisi kiri jalan, ada sebuah rumah kecil berdinding seng yang tak lagi tegak berdiri. Berdesak-desakan diantara pemukiman padat.
Saya sedang berpikir, tentang saya, yang belakangan ini menjadi orang yang tak pintar bersyukur, juga pribadi tolol yang tidak bisa membedakan yang mana keinginan dan mana yang namanya kebutuhan...

Makassar, 17 April 2009 - 16.30

hijrah

Dengar-dengar, tak lama lagi, kantor akan membuka biro baru di pulau Kalimantan dan Papua. Hmm..kapan yah?. Saya tiba-tiba, merasa ingin melakukan sebuah perjalanan hijrah, sekalipun masih diantara yakin dan tak yakin.
Jika saya jadi melakukannya, barangkali dengan begitu, pembuatan kotak lupa itu juga bisa lebih cepat diselesaikan, biar semua ingatan-ingatan yang tak perlu ini sesegera mungkin di kemas.
Nanti, jika saya akhirnya memutuskan untuk berangkat, mungkin seperti iklan pertamina, sayapun akan mengatakan hal yang serupa : " kita mulai dari nol yaaa..."

Makassar, 11 April 2009 - 22.00

resonansi

Tidore malam itu :

Dulu, di dekat rumahku, ada seorang tua yang sering berkeliling sepanjang malam sambil memainkan biolanya, kami memanggilnya Om Baka. Jika siang hari, ia kerap lewat dengan sekarung hasil kebun diatas pundaknya. Lalu pada malamnya, sayup-sayup suara biolanya akan terdengar disepanjang jalan yang dilalui. Suara biolanya syahdu, tapi lebih sering gesekan dawai-dawainya justru terdengar lirih , seperti sebuah nyanyian sunyi seorang tua.
Kadang saya memintanya singgah, berharap ia mau memainkan biolanya untukku. Biasanya sambil bermain biola, kami juga berbincang banyak hal, meski hanya obrolan ngalor ngidul, yang melompat dari satu topik ke topik yang lain.
Seingatku, yang paling sering ia ributkan, adalah perilaku anak-anak disekitar rumahku yang sering mengganggunya, menurutnya mereka tidak punya sopan santun, dan rasa hormat kepada orang yang lebih tua. Barangkali nnak-anak itu berpikir, bahwa Om Baka adalah seorang tua yang sedikit terganggu pikirannya...

Makassar malam ini :

pemain biola yang berdiri di sudut warung makan sederhana ini, ia memainkan sebuah lagu lama yang memantik rindu. Suaranya syahdu, membuat saya bertahan sedikit lebih lama , menunggu hingga ia menyelesaikan lagunya. Ia telah memainkan alat musik itu dengan baik, suara biolanya seperti menimbulkan resonansi, bergetar jauh hingga pada sisi paling dalam dari diriku. Ia telah menghiburku, juga sekaligus membuatku rindu rumah, dan merasa sudah pergi terlalu jauh...

Makassar, 10 April 2009 - 22:00

hujan

Come on Fredd..!!, kita harus bergegas, sebab wangi aspal basah itu mulai menusuk-nusuk hidung, dan butir-butir air dari langit telah mematuk-matuk kepala. Pasti kau tahu, bila hujan mulai turun, jalanan selalu menjadi arena, dimana para pengendara motor saling berlomba, menjadi mahluk paling egois untuk sampai di tujuan.
Barangkali masih terasa sakitnya padamu, bagaimana sepasang mahasiswa itu menyeruduk kita dari belakang, atau pria di depan itu, yang membuat wajah kita selalu basah oleh cipratan air dari roda belakang motornya.
Tapi sudahlah, kita maafkan saja mereka. Barangkali mereka terburu-buru, sama seperti kita, takut basah. Mungkin seperti itulah jalanan, kita harus banyak bersabar, sebab terkadang jalanan sering membuat orang-orang menjadi keras seperti batu.
Kita mesti lebih cepat lagi, cobalah menyelinap diantara mobil-mobil itu, tetap waspada dan hati-hati, jangan dekat-dekat genangan air pada jalan yang berlubang. Sebab mereka sering lupa kalau kita telah basah akibat terciprat genangan yang mereka lindas. Maaf, bila saya terlalu memaksamu, hingga membuat bodymu bergetar-getar saat melaju diantara aspal berlubang.

*****

Mereka sering menyarankan, supaya saya menggantimu dengan yang lebih baru. Katanya kau sudah terlampau tua dan ringkih, sudah tak segesit dulu. Bahkan sebagian diantara mereka menghubung-hubungkan antara kau dan pekerjaanku, katanya sudah tak relevan lagi.
Saya bisa saja menjualmu, lalu menggantimu, dengan yang lebih baru, lebih gesit, lebih kokoh, dan lebih keren barangkali. Tapi selalu kubuang jauh-jauh pikiran seperti itu. Alasannya sederhana, karena saya tak perlu bertanya lagi tentang arti kesetiaan padamu.
Bertahun-tahun kau menemaniku, saat bekerja, pulang kerumah, atau saat kita mengantarnya kemana-mana. Tentu kau ingat, dari kaca spionmu yang tinggal satu itu, kita diam-diam selalu mencuri-curi pandang padanya, melihatnya duduk disadel belakang, dan membiarkannya menyanyi sesuka hatinya...

Makassar, 7 April 2009 - 17.15

"thanks to Freddy, motor semata wayangku...maaf bila sampai detik ini tali spidometermu belum sempat kuperbaiki, tapi saya janji, besok pagi-pagi, kita akan mandi dengan air PDAM setelah sekian lama kita bertahan dengan air sumur bor hehe..."

iklan koran pagi ini...

Pilih saya...*****..: wajah baru, dengan harapan baru
Pilih saya...*****..: figur muda dan bersahabat, berjuang untuk rakyat
Pilih saya...*****..: bersih, cerdas, insya Allah amanah
Pilih saya...*****..: energi baru untuk harapan baru
Pilih saya...*****..: untuk DPR bersih
Pilih saya...*****..: menuju legislatif sesungguhnya
Pilih saya...*****..: siap mengabdi untuk nusa dan bangsa, mohon doa restunya
Pilih saya...*****..: berjuang demi rakyat, untuk kemajuan bangsa
Pilih saya...*****..: pengemban amanah rakyat, berjuang dengan hati nurani
Pilih saya...*****..: jangan salah pilih, pilih yang terbukti berpengalaman
Pilih saya...*****..: mendengar, melihat dan berbuat
Pilih saya...*****..: amanah, peduli, sederhana, anti korupsi
Pilih saya...*****..: cucu dan keturunan langsung...***###^^^...
Pilih saya...*****..: membangun generasi beriman dan berilmu pengetahuan

Berhari-hari sudah, janji-janji seperti ini selalu datang tiap pagi, berlomba-lomba dengan secangkir teh yang saya buat. Saya lelah membacanya, apalagi mengingatnya. Sudah semakin dekat, semoga mereka amanah jika terpilih nanti, dan tidak depresi bila ternyata gagal...
btw, dua minggu masa kampanye, kerap diwarnai ricuh para simpatisan partai. Masalahnya sederhana, kebanyakan akibat bersenggolan saat berjoget dangdut di lokasi kampanye..hehehe...

Makassar, 4 April 2009 - 08.00

lupa...

Tentu saja, tidak satupun diantara kita yang bisa merubah masa lalu, yang bisa kita lakukan adalah merubah masa depan, sesuatu yang mestinya sudah kita mulai dari detik ini, tapi belum juga bisa kita wujudkan dengan baik.
Barangkali kita membutuhkan sebuah kotak yang bernama lupa. Tempat untuk menyimpan ingatan-ingatan kita yang tidak perlu. Sederhana sepertinya, meski untuk membuat kotak seperti itu, rupanya tak semudah kita belajar membuat kupu-kupu dari lipatan kertas.
Tentang lupa, sama artinya dengan menghapus catatan-catatan dalam kepala kita masing-masing. Sesuatu yang tak mungkin pikirku, kecuali bila kita tak punya lagi ingatan. Hhmm..tentu saja kau masih ingat, bahwa kita dipertemukan, hingga kemudian kita sama-sama pergi, juga adalah akibat dari pencarian kita tentang lupa?
Entahlah, siapa diantara kita yang kelak lebih dulu menyelesaikan pembuatan kotak lupa itu. Supaya sesegera mungkin, ingatan-ingatan yang tak perlu ini bisa kita simpan, lalu dikubur dalam-dalam. Tiap saat saya mencobanya, tapi saya masih saja menemukanmu pada sisa tidurku...

Makassar, 3 April 2009 - 09.10