Melukis Ibu

Seorang gadis Kecil Iraq di Panti Asuhan (Foto : Mike Hanini Odetalla)
Belakangan ini saya sedikit malas menulis, seperti kekurangan ide, atau barangkali sebenarnya mulai hilang kepekaan. Kata orang-orang, menulis akan membuat kita abadi. Bila jasad sudah terkubur berkalang tanah, tapi dengan menulis, maka kita akan senantiasa hidup dalam pikiran orang-orang disepanjang masa.
Pagi ini saya "memaksakan" diri untuk menulis lagi di rumahwaktu ini, saya ingin bercerita padamu puriku, tentang kisah pilu beberapa anak-anak seusiamu yang kurang beruntung. Saya menemukan mereka di rumah sakit Wahidin Sudirohusodo Makassar.
Dua hari lalu, saya mendapat kabar bahwa bayi Jaguar, seorang bayi yang mengidap microcepalus sejak lahir, akhirnya meninggal dunia di RS.Wahidin Sudirohusodo Makassar. Jaguar, yang kemudian diganti namanya oleh para perawat rumah sakit dengan nama Muhammad Faiz itu, wafat dalam usia yang belum cukup setahun.
Tahukah kau putriku? bayi Faiz itu hampir 10 bulan ditinggalkan kedua orang tuanya di RS. Wahidin Sudirohusodo Makassar. Entah apa keputusan mereka meninggalkannya disana, barangkali mereka tak siap memelihara dan membesarkan seorang anak cacat seperti Faiz. Allah memberikan keputusan yang terbaik atas nasib bayi Faiz, Allah lebih mencintainya, makanya ia dipanggil pulang ke singgasana langit.
Lalu tak lama setelah Faiz meninggal, seorang bayi dari surga yang diberi nama Anugrah,  kini juga menjadi anak bersama para perawat di RS.Wahidin Sudirohusodo Makassar, para perawat menyebutnya sebagai adik bayi Faiz. Apabila Faiz ditinggalkan orang tuanya karena menderita microcefalus (kepala yang lebih kecil dari tubuh), bayi Anugrah ini pun ditinggalkan kedua orang tuanya, sebab iya lahir dengan kondisi hidrocefalus (kepala yang lebih besar dari tubuh).
Bayi Anugrah, dibawa warga ke RS. Wahidin setelah warga menemukannya menangis, ditinggalkan disebuah rumah kosong di daerah Tamalanrea, dengan kulit yang memerah, dan selembar sarung yang membalut tubuhnya. Kini ia tinggal bersama para perawat di ruang NICU RS. Wahidin Sudirohusodo, para perawat itu menjaganya secara bergantian. Ia kini hidup dari belas kasih orang-orang yang iba kepadanya.
Di rumah sakit itu juga, beberapa hari ini saya sering bolak-balik live report, tentang kisah bayi Fatir Muhammad, usia satu tahun. Bayi malang ini sudah 27 hari terbaring kritis di ruang ICU rumah sakit Wahidin, setelah sebuah peluru nyasar menembus kepalanya pada awal Februari lalu. Karena kondisinya yang tidak stabil, peluru itu baru bisa dikeluarkan oleh tim dokter 18 hari kemudian. Dan sampai saat ini, bayi Fatir masih terbaring kritis di ruang ICU.
Saya pernah berkunjung ke rumah bayi Fatir, tepatnya sebuah kamar kontrakan berukuran 2 x 3 meter persegi, di jalan Bajigau lorong 3 Makassar. Kamar kontrakan yang sempit, masih lebih luas ukuran kamarmu Putriku. Diruangan sempit itu bayi Fatir tinggal bersama kedua orang tuanya dan dua orang kakaknya yang juga masih balita. Lima orang berhimpitan dalam ruangan sekecil itu. Kedua orang tuanya hanya buruh serabutan yang tidak memiliki pekerjaan tetap.
Siapakah pemilik peluru di kepala bayi Fatir itu?? entahlah, polisi belum berhasil menemukannya. Setahu saya, kasus peluru nyasar sebelum-sebelum ini juga tak pernah tuntas pengusutannya. Dan kalaupun hari ini tak terungkap juga, dan bila si pemilik peluru itu masih punya hati, maka ia tak akan tenang membawa rasa bersalahnya disepanjang hidupnya.

******

Beberapa hari lalu, Bundamu memasang picture profile blackberry-nya dengan gambar seorang bocah yang tidur berdampingan dengan lukisan seorang perempuan, yang ia gambar di atas lantai. Saya bertanya, itu foto siapa?, kata Bunda "Ini seorang bocah korban perang Iraq, gadis yatim ini melukis almarhum ibunya dilantai, dan kemudian tertidur disisi lukisan itu.".
Foto itu menghentak hati saya yang paling dalam, rasanya, tak ada kata yang bisa mewakili cerita pilu dari foto itu. Lalu siapakah gadis kecil Iraq yang melukis ibunya itu?? saya tak menemukannya dalam riset kecil-kecilan di internet. Ia seperti bayi Faiz dan Anugrah, atau bayi Fatir, mereka terpisah benua, tapi sama-sama didera takdir yang sama, tak bisa memeluk ibunya.
Azeeta Sasmaya putriku, mengapa kisah-kisah seperti ini harus saya ceritakan? jawabnya untuk mengasah mata hatimu, sebab orang-orang yang terasah mata hatinya akan lebih mudah menemukan kebenaran dan cahaya penerang dalam hidupnya.
Bila kau sering menemukan kisah pilu orang-orang yang kurang beruntung disekitarmu, barangkali itu bisa membuatmu lebih banyak bersyukur, karena orang-orang yang bersykur sangat dekat dengan kebaikan. Tapi bila kau terlalu sering melihat "kesenangan", mungkin itu bisa membuat lupa diri, dan orang-orang yang lupa diri sangat jauh dari kebenaran.

Makassar, 27 Februari 2013 - 10.00

[my princess Zee...Ayah rindu, sebentar lagi rumah kita rampung dikerjakan, ayah menunggumu dan bunda disini, kita akan melihat pagi bersama, dari teras rumah kita yang baru....]

No comments: