masih ada waktu

Saya hanya ingin menghitung-hitung waktu. Sejak awal November tahun lalu, maka ini adalah bulan ke tujuh saya bekerja di tempat ini. Sejauh ini, saya selalu mencoba untuk dapat bekerja sebaik mungkin, dengan bertanggung jawab dengan semua yang menjadi kewajiban saya. Meski terkadang semuanya kerap tidak sesederhana yang kita pikirkan.
Untuk jenis pekerjaan seperti ini, kecepatan, ketepatan dan sikap waspada memantau setiap perkembangan, tidak selamanya ditentukan dari seberapa luas kita membangun jaringan peliputan, tapi juga pada bagaimana mengatur ritme, menjaga semangat dan kekompakan tim, meski untuk mempertaruhkan semua itu, kadang kita memang harus menelan apa yang tak seharusnya kita telan, dan kitapun harus kuat bertahan ditengah banyaknya kepentingan yang berperang diatas kepala.
Hmmm…sebentar lagi, mungkin tinggal menghitung hari, salah satu diantara kami di rumah putih ini telah memilih berangkat lebih dahulu, pindah ketempat yang baru. Saya selalu berusaha untuk memahami, berupaya untuk mengerti, karena saya mengenalnya dengan baik, dan rasanya seperti yang sudah-sudah, sikap kerasnya membuat saya tak bisa berbuat banyak, selain mengikhlaskan, jika saja nanti dalam sehari dua hari ini “jalan pedang” ini benar-benar dia pilih. Tapi sejujurnya saya merasa kehilangan seseorang, yang tidak sekedar menjadi rekan sekerja, tapi juga sahabat, bahkan saudara.

Makassar, 1 Juni 2008 – 00:00 wita

“Bro…masih ada sedikit waktu…untuk merenung lagi barang sejenak, mendengarkan lagi kata hati. Jangan tergesa-gesa,karena setiap jalan pedang yang kita pilih....selalu dipenuhi duri, tidak hanya menikam mata kaki…tapi juga mata hati..….”

setangkup kesedihan

Hmmm…kemarin kau datang lagi membawa setangkup kesedihan. Saya hanya ingin mengatakan satu hal kepadamu :
“ Jangan terus menerus menyimpan kesedihan dalam lemari kenanganmu…karena kesedihan itu, hanya akan menghapus harapan-harapan…”.
“Oya, satu hal lagi….semuanya terserah engkau, karena rumahwaktu ini selalu terbuka untukmu.....”.

Makassar, 20 Mei 2008 – 19:30 wita

kita di rumah putih ini

Tentang kita……..
Seperti ribuan batu bata, yang disusun menjadi tembok sebuah bangunan, tidak ada yang memiliki arti lebih, apakah pada sisi paling atas atau paling bawah kita diletakkan, kita semua tetap sama, bertugas untuk saling menopang bangunan yang kita tegakkan. Akan ada yang goyah jika salah satu diantara kita dilepaskan.
Orang-orang barangkali dapat saja melihat kita sebagai elemen-elemen terpisah, seperti bata, pasir, semen, besi, kayu dan sebagainya. Tapi percayalah, mereka akan lebih suka melihat kita sebagai satu bangunan yang utuh. Karena pada sisi inilah keindahan kita lebih bisa dinikmati…bukan ketika kita terpisah sebagai elemen-elemen yang berbeda.

****

Tentang pekerjaan ini……
Saya ingin berterima kasih dan memberikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua yang ada dirumah putih ini, mulai dari teman-teman kontributor yang selalu berjibaku menentang bahaya dimedan peliputan, teman-teman office boy, driver dan security, selain melakukan tugas rutin sehari-harinya, mereka juga dengan sabar menjadi penjemput kaset-kaset liputan, ketika kita tengah beradu cepat dalam pertarungan di atas layar dengan televisi tetangga sebelah.
Juga kepada Abo yang tak pernah letih untuk menjaga kedisiplinan dan semangat tempur para pasukan komando. Atau Vero dan Tody, dengan kerjasamanya selalu bisa menyajikan apa yang kami masak menjadi sebuah hidangan lezat untuk dinikmati pemirsa. Tentunya tak lupa kepada Mas Kepala Biro, untuk madu dan telur ayam kampungnya, saat kita mulai didera keletihan yang teramat sangat (supaya kita tetap berdiri keras dan kuat) hehehe…..juga buat anak-anak magang yang telah menjadi pelapis yang baik.
Saya hanya ingin mengatakan, bahwa tidak ada diantara kita yang tidak memiliki arti, atau ada diantara kita yang lebih berarti, sementara yang lainnya tidak. Kita hanya akan memiliki arti, jika kita ada dan bekerjasama dengan yang lain…

Makassar, 16 Mei 2008-21:00 wita

bunga biru

sudahlah...jangan terlalu memaksakan sesuatu....
jika telah menjadi takdir, kelak akan tiba saatnya juga
bunga biru itu tumbuh dan bersemi dalam lingkaran waktu
Semoga engkau lelap dipeluk gelap
karena malam ini ku kirim banyak doa untukmu.....

Makassar, 5 Mei 2008 - 00 : 00