empat puluh hari ke tiga

Perubahannya semakin terlihat, kemarin katamu, baju-bajumu satu demi satu mulai semakin sempit, dan kaki dan tanganmu mulai membengkak. Lalu setelah itu kita tergesa-gesa pergi mencari pakaian-pakaian baru yang lebih lentur untukmu. Saya bahagia, meski yang kutahu betapa semua perubahan itu kadang membuatmu kerepotan.
Fotoku didinding ruang tengah itu kau turunkan, lalu diganti dengan sebuah kalender khusus, saya tak keberatan, bahkan sekalipun semua fotoku di dinding rumah kau turunkan. Asalkan, dengan itu kita selalu punya informasi yang akurat tentang perkembangannya setiap mingu-perminggu.
Tadi pagi-pagi sekali, sebelum berangkat ke kantor, saya berdiri menatap kalender itu, membaca dengan seksama, disana tertulis " minggu ke 16, pada akhir minggu ini panjang janin mencapai 15 cm, dan beratnya 200 gram, bulu rambut mulai tumbuh dikepala, begitupun rambut alis dan mata, sendi-sendi tungkai janin sudah dapat digerakkan. Pada usia ini, jenis kelamin janin sudah mulai nampak ".
Lalu siang ini dikantor, saya juga membaca beberapa sumber di internet, sejumlah ulama mengatakan, bahwa pada usia ke 120 hari atau 4 bulan, adalah fase dimana janin ditiupkan ruhnya. Dalam sebuah hadist shahih disebutkan :

إن أحدكم يجمع خلقه في بطن أمه في أربعين يوما ثم يكون مثل ذلك علقة ثم يكون مثل ذلك مضغة ثم يرسل إليه الملك فينفخ فيه الروح فيؤمر بأربع كلمات فيكتب رزقه وأجله وعمله وشقي أو سعيد.

...Sesungguhnya salah seorang diantara kalian dikumpulkan penciptaannya di perut ibunya dalam waktu 40 hari, kemudian menjadi segumpal darah selama 40 hari, kemudian menjadi segumpal daging selama itu juga (40 hari), kemudian diutuslah Malaikat kepadanya dan ditiupkan ruhnya, kemudian diperintahkan untuk menuliskan 4 perkara; rejeki, ajal, amal perbuatan dan nasibnya celaka atau bahagia. (Perawi : Abdullah bin Mas’ud, kitab : Mu’jam Asy-Syuyukh, jilid 2, hal 764, derajat hadits : Shahih)

Jangan pernah berhenti berdoa, mari bersujud dalam-dalam kepada Allah sang pemilik kehidupan, memohon ampun kepada-NYA yang maha berkuasa atas segala sesuatu, dan maha mengetahui rahasia masa depan, semoga kita selalu dijadikan keluarga yang sholeh, dan diberikan keturunan anak-anak yang sholeh, semoga dirimu dan juga ia yang masih terlelap dirahimmu selalu terlindungi, diberikan kesehatan dan juga keselamatan...amien

Makassar, 25 Juli 2010 - 14.45 wita

pesulap tua

Daeng Rate, laki-laki tua dari daerah Pattalassang kabupaten Takalar itu sudah mencoba berbagai macam pekerjaan, mulai dari tukang becak, tukang batu, tukang kayu hingga menjadi tukang parkir. Lalu kemudian ia memutuskan berhenti, dan beralih menjadi seorang tukang sulap keliling. Meski tetap ada embel-embel kata "tukang" didepan pekerjaannya yang terakhir ini, tapi ia mengaku bahagia, karena selain bisa menghasilkan uang, ia juga senang melihat orang lain merasa terhibur.
Tapi dari rekaman gambar itu, saya melihat seraut wajah yang lelah. Lelah mengayuh nasib, melintasi jalan hidup yang penuh liku. Andaikan saja laki-laki tua itu bisa menyulap nasib, tentu ia akan menyulap jalan hidupnya sendiri. Barangkali dengan begitu ia tak perlu lagi berkeliling kemana-mana, dengan menenteng tas yang dipenuhi berbagai peralatan sulap, dan menggantungkan hidup dari saweran para penonton yang menyaksikan pertunjukannya. Kira-kira seperti itu isi pikiranku saat mengedit naskah dan mecermati gambar teman kontributor yang membuat liputan feature tentang balada seorang tukang sulap keliling.
Daeng Rate berkisah, dalam sehari, ia sanggup mendatangi sedikitnya tiga tempat keramaian, untuk mempertunjukan kemampuan sulapnya. Di pasar, di kedai-kedai kopi, warung makan, sekolah, hingga rumah sakit. Kadang jalan kaki, kadang naik angkot. Wajah yang tak lagi muda itu berusaha tetap semangat. Meski ia tahu, bahwa menyulap nasib memang tak semudah saat ia memperagakan bagaimana menghilangkan dan mengadakan kembali bola pimpong yang ia telan.
Seorang Daeng Rate, hanyalah pesulap tua, yang belajar sulap secara otodidak, berkeliling dari satu tempat ramai ke tempat ramai lainnya. Ia hanya memainkan trik-trik sederhana, dan dengan itu orang-orang tak pernah merasa tertipu, melainkan selalu merasa terhibur.
Saya berpikir, negara ini juga banyak memiliki pesulap handal, mereka pesulap kelas tinggi dan berpengalaman, dengan trik-trik luar biasa yang penuh kejutan. Mereka bisa menyulap nasib, menyulap angka-angka statistik, menyulap keadilan, juga tentunya menyulap harga diri. Tapi tak seperti Daeng Rate, aksi mereka sama sekali tak menghibur....

Makassar, 11 Juli 2010 - 16.30