Esmeralda

Selasa dan rabu. Dua hari itu, dalam setahun terakhir telah menjadi hari keramat bagi saya, tentunya tanpa bermaksud mengabaikan hari jumat...hehe...:D. Selasa-rabu itu libur kerja, karena itu ia menjadi hari yang selalu saya tunggu-tunggu setiap minggunya. Bila libur tiba, selalu saja menyenangkan, apalagi setelah saya memiliki sebuah tempat pulang dalam arti yang sebenarnya.
" Pulang ke Pak Semut dan Pak Laba-laba " begitu kau menyebut rumah kecilku itu. Memang mereka selalu menjadi tuan rumah sementara, bila saya pergi dan tak pulang berhari-hari. Bahkan dulu, kami selalu berebut lahan di dalam rumah. Tapi sekarang sepertinya antara saya dan mereka telah terbangun sebuah kesepahaman, tanpa perlu perundingan, apalagi harus dimediasi pihak-pihak tertentu.
Kini, mereka tak lagi membangun sarang di depan pintu kamarku, dan sayapun dengan senang hati meninggalkan sekerat roti di sudut ruangan untuk keluarga pak Semut dan teman-temannya bila saya akan pergi dalam waktu lama. Kecuali untuk Om Tikus, maaf, saya tak ingin membuka hubungan diplomatik dengan mereka, apalagi setelah cas HP dan juga sabun mandi-ku digerogoti hingga tersisa separoh.
Seingatku, mulai dari jaman kuliah sampe kerja, kamar kost atau rumah, lebih banyak berfungsi sebagai tempat penitipan barang. Makanya saya jarang mengoleksi benda-benda, atau sesuatu untuk disimpan dan dipajang di kamar, sebab saya tak punya banyak waktu untuk menjaganya.
Tapi kini saya selalu rindu rumah, hampir tiap hari saya pulang, senang rasanya melihat langit-langit kamar di rumah sendiri. Juga menata barang-barang yang selama ini hanya saya simpan didalam gardus dan lemari. Nanti...seperti yang pernah kita perbincangkan, pak Semut dan Pak Laba-laba akan disulap menjadi Esmeralda, persis seperti yang kita lihat pada gambar dibrosur perumahan itu. Hhmm...saya masih menyimpan denah-denahnya, berharap ia akan segera mewujud, dan kita tak perlu menunggu terlalu lama...:)

" selasa-rabu ini saya tak pulang kerumah...saya baru saja tiba di kota-mu. Sore ini, sambil menantimu pulang, saya akan singgah menonton senja ditaman kota, dekat sebuah patung gubernur yang berdiri gagah menghadap jalanan ramai......"


Surabaya, 13 Oktober 2009 - 16.00

bunga-bunga hujan...

September ini akan segera usai, dan barisan mimpi-mimpi itu masih menggantung di langit-langit rumah, ia seperti hiasan kertas warna-warni yang dipasang untuk perayaan ulang tahun seorang bocah. Ramai, ceria, penuh kejutan, tapi juga kadang pantulan warna-warnanya membuat pandangan menjadi silau, juga sekaligus diam-diam mengundang gerah bila ia dibiarkan lama-lama padahal pesta telah usai.
September ini saya lalui dengan sedikit banyak gundah, campur aduk seperti hiasan kertas warna-warni di langit-langit rumah itu, meski begitu, diam-diam rasa cemas itu tetap ku bungkus rapat-rapat, dan berharap kau tak akan pernah menemukannya dalam garis-garis wajahku. Kalaupun kau telah melihatnya dalam mataku, tak perlu ikut-ikutan cemas, biarkan saja ia menjadi milikku, sebab saya tak pernah ingin membagi sesuatu yang berbentuk "kecemasan" kepadamu, seberapa kecilpun itu.
Sebentar lagi September ini akan pergi, dan bulan-bulan berikutnya akan dipenuhi dengan bunga-bunga hujan yang tumbuh di halaman rumah. Saya berdoa...bila nanti ia merekah, semoga saja kita bisa selalu melihatnya dari jendela yang sama....

Makassar, 26 September 2009 - 11:00

satu waktu

Satu waktu lagi terlewati..
360 bulan, 10.950 hari, 262.800 jam dan 15.768.000 menit, dan 946.080.000 detik dari setiap tarikan nafas, dan juga nikmat hidup yang telah diberi.
Semoga saya tak pernah menjadi orang-orang yang lupa untuk terus bersyukur....

Makassar, 25 september 2009 - 00:00

bab menjaga hati

Pagi ini saya berupaya tidak tidur lagi setelah bangun subuh, masih dengan sisa-sisa kantuk yang tak mau pergi dari kelopak mata. Saya mencoba melewati detik demi detik jam tugas piket ini, sampai nanti berakhir usai siaran kabar petang.
Ramadhan ini memang membuat siklus tidur dan metabolisme tubuh melenceng jauh dari kebiasaan. Tapi bagusnya, hingga hari ke 23 ramadhan ini, saya selalu merasa baik, bahkan sangat baik, meski dengan garis-garis hitam terlukis norak pada dua kelopak mata, yang selalu membuatku kerepotan menghapusnya jelang tugas siaran berita.
Ini bulan baik, hanya datang setahun sekali, dan sebentar lagi akan segera pergi. Saya sedang menghitung ulang, seberapa besar rasa syukur yang saya punya, juga seberapa banyak noda hitam pada hati yang sudah saya bersihkan.
Rasanya bab "menjaga hati" ini selalu menjadi bagian yang paling sulit dalam kitab kehidupan setiap manusia. Saya percaya, bahwa segala kebaikan atau kejahatan, akan selalu bermula dari seberapa tekun kita merawat hati.
Sampai detik ini, dalam peperangan menjaga hati, saya merasa masih saja selalu kalah berkali-kali.Masih sering kurang ikhlas, masih suka berburuk sangka, masih suka membicarakan hal-hal yang tidak penting, masih membiarkan dendam tersimpan lama-lama, masih suka menghitung dan mengingat kebaikan sendiri.....

Makassar, 13 september 2009 - 09.00 wita

[ ....... ]

"....bila September ini usai...
dan kita nanti tak perlu sedu sedan lagi..."


Makassar, 5 September 2009 - 16.30