petak-petak sawah

Senang melihat beberapa petak sawah dibelakang kompleks rumah-ku itu mulai menghijau. Dulunya petak-petak sawah itu kering, tapi hujan yang tak bosan-bosan turun bulan ini, telah membawa kehidupan baru ditanah gersang itu. Ini adalah sedikit dari petak-petak sawah yang tersisa di sini, setelah hampir semuanya di jual warga pada developer perumahan, termasuk untuk pembangunan kompleks rumah tinggalku ini.
Hhmmm..sesuatu yang tragis menurutku, ketika para petani menjual sawah,lalu beramai-ramai menjadi buruh bangunan dari proyek-proyek perumahan yang semakin menjamur di daerah sini. Bagaimana bila masa pengerjaan proyek-proyek itu usai? kemana lagi para petani dengan sawah yang tergadai itu akan menambatkan biduk kehidupannya?.
Sebelum musim penghujan ini, ketika petak-petak sawah itu masih mengeras, saya kerap menemukan bongkahan-bongkahan kecil tanah yang mengotori dapur rumahku. Sepertinya anak-anak kecil dikampung belakang kerap melemparnya masuk, melalui celah pada lubang angin di tembok dapur. Barangkali mereka sedang bermain adu ketangkasan, siapa yang paling tepat melemparkan tanah melewati lubang angin itu..hehe..
Kalau sudah begitu, biasanya saya akan membersihkan dapur dari bongkahan tanah itu sambil senyum-senyum, saya hanya terkenang masa kecilku, saat melatih ketangkasan dengan menendang bola dari halaman rumah dan masuk melalui jendela kamar depan, uji ketangkasanku itu tentu saja menuai omelan orang-orang serumah..:D

******

Malam ini saya masih dikantor, belum berhasil pulang ke rumah. Ini hari terakhir di tahun 2009, tentu akan ada banyak berita diantara orang-orang yang bergegap menanti detik-detik pergantian tahun 2010.
Sayapun harus berjaga, meski sedari tadi, yang saya ingat adalah, bahwa hari ini usiamu bertambah. Saya tak ingin berhenti mendoakanmu.."semoga dipanjangkan usia jaman dalam selamat..semoga Allah selalu menjagamu..menjaga kita sampai tua dan renta, sampai nanti bila kita tiba di ujung waktu.."

Makassar, 31 Desember 2009 - 23.00 wita

rundown

Kertas rundown program berita kabar petang itu terulur panjang, sepertinya operator di kantor Jakarta mengirimnya berulang-ulang. Sudah sering seperti ini, bahkan sekali waktu rundown itu terus saja ter-print, padahal siaran telah usai. Jika melihat kertas-kertas rundown meluncur mulus tak putus-putus dari mulut mesin fax, saya selalu teringat dengan nasib pohon-pohon yang dibabat untuk produksi kertas itu.
Rundown itu semacam panduan bagi seluruh tim di meja redaksi agar proses siaran berjalan sesuai perencanaan, didalamnya terdapat list berita yang akan tayang, lengkap dengan format berita dan juga durasi. Ibarat perhitungan, rundown membuat kita akan berhitung dengan teratur, dimulai dari angka 1,2,3,4,5...dan seterusnya. Rundown menciptakan harmoni dalam kemasan sebuah program berita televisi.
Tapi terkadang, pertarungan berita dilayar kaca membuat para producer harus ber-akrobat dengan rundown, susunan berita akan berubah dalam hitungan detik, yang mestinya ditampilkan belakangan tiba-tiba ditayangkan lebih dulu, atau malah kadang-kadang berita tersebut tidak ditayangkan sama sekali. Bisa saja pertimbangannya adalah nilai sebuah berita, mentaktisi masalah teknis peralatan, atau karena over durasi dll."para producer harus teruji di meja rundown" begitu, seorang senior producer ditempat kerjaku yang dulu pernah mengatakan itu.
Lalu jika sudah mulai ber-akrobat seperti itu, tak ada lagi sebuah perhitungan yang teratur, bisa jadi tak dimulai dari angka 1, tapi menjadi 3,5,12,2,1,9..dan seterusnya. Tapi ketidak teraturan itulah yang kemudian menjadi sebuah harmoni, sebab seperti dalam sebuah pertunjukan musik, irama-irama itu tercipta dari naik turunnya nada, dari ketidak aturan yang teratur.
Hari ini, saat rundown siaran Kabar Petang ber-akrobat lagi, saya membaca berita yang tak ada dalam rundown. Kadang juga dari tiga berita yang ada di rundown, hanya satu berita yang bisa saya bacakan. Tapi itu masih bagus, sebab sering ketika para producer mulai ber-akrobat dengan rundown, saya dan teman-teman biro lainnya, malah tidak pernah membacakan berita sama sekali.

" Hmmm...jika itu adalah rundown berita...lalu bagaimana dengan rundown dalam hidupku?? "

Makassar, 14 Desember 2009 - 20.00

"tuhan"

beberapa hari ini berita seperti menjadi "tuhan", dan saya mulai masuk kedalam golongan orang-orang yang lupa....:(

Makassar,10 desember 2009-18.00

seberapa banyak

"November sudah usai..." begitu katamu cemas. Sebenarnya saya tak ingin mengatakan ini padamu, bahwa seperti setahun yang lalu, sayapun sedikit cemas menyambut hujan pada Desember kali ini.
Hhmm...barangkali kita tak perlu menghitung waktu, tapi yang mesti kita jumlahkan setiap hari adalah, seberapa banyak harapan yang bisa kita kumpul, dan juga seberapa banyak kecemasan yang telah kita izinkan singgah dalam pikiran-pikiran kita.

Makassar, 2 Desember 2009 - 17.30