catatan di white board

Beberapa hari ini semuanya terasa begitu berat untuk dilalui, rasa-rasanya ini adalah bagian tersulit dari proses yang harus saya jalanani. Saya benar-benar didera keletihan yang menyesakkan, jika sekiranya saya diberikan kesempatan, ingin rasanya kembali ke masa lalu dan memulai semuanya dari awal lagi.
Bagaimana caranya untuk keluar dari semua masalah ini tanpa membuat setiap orang akan merasa tersakiti? Bagaimana juga caranya untuk berdamai dengan semua kesalahan dan dosa masa lalu?
Saya selalu bertanya-tanya, apakah yang tengah direncanakan Allah untuk saya, apakah semua yang berlaku saat ini adalah hukuman ataukah sebuah ujian untuk sesuatu yang kelak akan jauh lebih baik lagi? Apakah hakikat dari sebuah takdir dalam hidup, apakah takdir setiap manusia telah ditentukan oleh Yang Maha Berkuasa? Ataukah kami masih diberikan kesempatan untuk merubah takdir kami masing-masing dengan segenap upaya yang bisa kami lakukan?
Aaahh…jalan ini terasa masih panjang, sungguh, saya tidak ingin lagi melihat kesedihan, saya ingin melihat hamparan jalan menuju masa depan yang terbuka dengan lapangnya.

*****

Saya memohon kekuatan dan Allah memberikan saya kesulitan-kesulitan yang membuat saya kuat. Saya memohon kebijaksanaan dan Allah memberikan saya persoalan-persoalan untuk saya selesaikan. Saya memohon kemakmuran dan Allah memberi saya otak dan tenaga untuk bekerja.
Saya memohon keteguhan hati, dan Allah memberi saya bahaya untuk diatasi. Saya memohon cinta, dan Allah memberi saya orang-orang bermasalah untuk ditolong. Saya memohon kebaikan dan kemurahan hati, dan Allah memberikan saya kesempatan-kesempatan. Saya tidak memperoleh yang saya inginkan, tapi saya mendapatkan semua yang saya butuhkan…

“..Dari sebuah tulisan kecil di white board kantor Metro TV yang ditempel mas Kabul dulu…” .

Makassar, 19 Februari 2008 – 20:45

lara

sungguh..saya benar-benar letih...
ingin rasanya memejamkan mata ini barang sejenak..
biar gelap kan-membuat semua beban ini sirna...

Makassar, 16 februari 2008 - 07:30 wita

rundown

Gambar kericuhan kampanye pilkada di Bone itu rupanya tidak lolos rundown kabar siang, sayang banget, padahal gambarnya menurutku lumayan rame. Konvoi kendaraan kampanye salah satu pasangan calon bupati dan wakil bupati Bone itu terlibat saling kejar dengan massa pendukung pasangan calon bupati lainnya. Alasan gak lolosnya berita ini juga jelas, karena kejadiannya kemaren siang, dan sudah sangat terlambat jika baru ditayangin siang ini.
Padahal kasetnya Ato, kontributor Bone itu, sejak semalam telah tiba di kantor, mestinya sudah harus di camcast dari semalam, dan bisa ditayangkan pada live kabar pagi tadi, jika saja saya tidak ketiduran di sofa kantornya anak-anak Trikalerz.
Sementara itu di kantor saya dengar anak-anak juga ketiduran karena kelamaan menunggu konfirmasi korda Jakarta yang menyatakan akan segera menghubungi kembali jika server camcast Jakarta telah siap untuk menerima kiriman gambar Makassar. Tapi entahlah, saya berharap berita kericuhan kampanye pilkada Bone ini sudah tayang pada kabar terkini usai program kabar pagi tadi.
Semalam saya benar-benar didera lelah dan kantuk yang tak tertahankan. Saya seperti tak punya sedikitpun energi untuk pulang ke kantor, hanya ada satu pilihan, merebahkan diri barang sejenak, setidaknya barang satu jam, lalu kemudian pulang ke kantor.Saya malah baru terjaga setelah suara Hp menjerit-jerit di telinga, pukul 04:00 wita. Di Hp beberapa miss call juga sms-nya kepala biro :

“ kaka, ada live pagi kaka, lead, rundown,
Dikirim via email, thanks…”

Saya sama sekali gak tahu kalau ada live pagi, tapi untung saja jarak kantor dari sini tidak terlalu jauh, saya hanya sedikit gelisah, pasti koran hari ini yang biasa di pake buat segmen head line surat kabar lokal belum datang. Artinya harus dicari dulu, setidaknya dijemput langsung di pengecer, sebab kalo di tunggu biasanya lama, bisa jadi baru datang setelah program kabar pagi selesai. Saya terkadang gak tega juga bangunin anak kontributor yang lagi pulas di pagi buta begini, hanya untuk menyuruh mereka keluar mencari penjual koran.
Untung saja satu setengah jam setelah itu, program kabar pagi bisa terlewatkan dengan baik. Dan berita-berita dari biro makassar didominasi oleh sejumlah kericuhan yang mewarnai aksi unjuk rasa diberbagai tempat, juga cuaca buruk yang terus melanda, dan up date drama penyanderaan bocah 9 tahun, di jalan Baiturrahman kemarin malam. Penyaderaan ini berakhir tragis dengan tewasnya sang penyandera diujung peluru petugas.

******

Saya menulis ini, dan disampingku, tepat didepan computer meja sebelah, kulihat Gusni, kontributor kabupaten Gowa itu hanya bisa terdiam, wajahnya yang kusut berlipat-lipat, semakin sempurna jika dipadukan dengan rambutnya yang acak-acakan, dengan model seperti itu, tidak ada satupun pertanda yang menegaskan bahwa dia adalah seorang wartawan, justru dia malah terlihat seperti tentara Nippon yang kalah perang, dan berada dibawah tahanan tentara republik.
Dibelakang Gusni ada Abo, korlip biro Makassar, yang sejak sejam yang lalu terus mencecarnya dengan masalah-masalah pada konten naskah ataupun gambar peristiwa kebakaran yang baru diliputnya. Ada benarnya juga semua yang dijelaskan Abo, setidaknya supaya Gusni bisa lebih teliti dan juga lebih sempurna merekam sebuah peristiwa…….tapi saya hanya kasihan melihat Gusni, dia begitu terpojok, nyaris tak bisa berkata apa-apa, file-file dalam memori otaknya seperti terhapus oleh serangan virus my heart, bahkan hanya untuk mengingat stok gambar apa saja yang telah dia rekam beberapa menit yang lalupun dia tak sanggup……

Makassar, 13 Februari 2008 - 18 : 40 wita

hujan dan kabar pagi

Hujan beberapa hari ini seperti tak bosan-bosannya mengguyur, dan seperti biasa, air yang tumpah dari langit hingga melebihi debit normalnya ini membuat segmen-demi segmen dilayar televisi kembali ramai dengan berita-berita banjir. Rumah-rumah warga yang tergenang dan juga ribuan hektar areal persawahan yang rusak dan terancam puso karena tergenang air. Kasihan para petani, mereka tak pernah diuntungkan, belum usai masalah harga gabah yang rendah dan pupuk yang langka dan mahal, kini mereka kembali harus diperhadapkan dengan siklus alam yang bergerak tak terkendali.

Semalam producer kabar pagi, mas Marwan ngirim SMS, katanya siap-siap untuk live pagi besok, dengan format baru yang berbeda dari sebelumnya. Selain berita-berita regular, saya juga diminta tampil dengan membawa serta setumpuk koran-koran lokal yang terbit pagi ini, lalu menjelaskan pada pemirsa tentang topik-topik terhangat yang menjadi ulasan media lokal di kawasan Timur Indonesia. Tapi untuk tahap-tahap awal, mungkin baru sebatas media lokal yang terbit di Sulawesi Selatan, itupun tidak semuanya akan diulas.
Untuk live pagi , aku memang harus tidur lebih cepat, setidaknya supaya bisa tampil dengan wajah yang sedikit lebih segar, dan tidak dengan mata yang membengkak dan tulang-tulang yang terasa mengeropos akibat begadang. Aku sudah melalukan itu, mencoba tidur lebih awal. Dan ternyata, live pagi ini, berlangsung dengan tergesa-gesa, terlihat tidak terencana dengan baik, dan menurutku ini diakibat beberapa hal :

Gambar-gambar banjir yang kami kirim semalam, tidak dilaporkan korlip yang bertugas pada producer pagi. Akhirnya kaset-kaset itu nyasar entah dimana, dan tidak satupun yang bisa di roll untuk Kabar Pagi.
Aku terbangun hanya 15 menit menuju count down live Makassar, hujan keras dan dingin yang membungkus tulang membuatku terlalu lelap untuk mendengar suara handphoneku yang meraung-raung. Aku terbangun dengan score 4 kali miscall dari Mas Marwan.
Koran-kora local, Tribun dan Fajar telat datang, untung ada Anchu yang keluar nyari-nyari Koran di pengecer. Selanjtnya aku sama sekali tidak punya waktu untuk menyimak lebih dalam isi berita utama koran-koran tersebut, karena keburu live, kecuali beberapa informasi dari judul besar pada HL tentang rencana penurunan tarif telepon dan foto-foto banjir yang melanda sejumlah tempat.

Benar-benar gak maksimal menurutku, live tadi menjadi sekedar pengganjal program, itupun untung ada Makassar yang siap live dalam waktu yang mepet. Karena Surabaya dan Medan rupanya udah tiarap dari semalam. Barangkali gara-gara itu juga, Mas Marwan sama sekali tidak mengajukan keberatannya dengan kondisi ini. Memang, kekacauan ini tidak terlihat di depan layar, bisa dibilang show live didepan layar pagi berlangsung aman, sebab tadi, kakak Yatie hanya memberi komentarnya tentang mata kiriku yang terlihat menyipit. Hanya saja saja saya tetap merasa terganggu. Semoga besok bisa lebih terencana dengan baik.


Makassar, 5 Februari 2008 – 07 : 30

kenangan

Aku selalu menemukanmu dalam kesediahan yang mendekap. Rasanya-rasanya, tak sedikitpun jeda yang bisa membuatmu melepaskan sedikit beban-beban itu, meski hanya sejenak. Ingin kukatakan padamu, tentang kesedihan itu, ia seperti dingin yang membungkus hatimu, beku, hingga hari-harimu seperti sebuah kesunyian panjang yang gelap.
Apakah masih lekat dalam ingatanmu tentang perbincangan kita pada suatu senja yang sunyi?usai kau membaca buku Paolo Cheolho yang penuh inspirasi itu. Kau bercerita padaku, tentang sesuatu yang disebut sebagai pertanda, sesuatu yang akan menuntun setiap kita pada takdir masing-masing, sebuah takdir hidup yang memang kita inginkan. Pertanda-pertanda itu, hanya bisa kita temukan jika kita mengerti bahasa dunia, bahasa universal yang akan menghubungkan kita dengan alam semesta dan juga dengan Dia Yang Maha Berkehendak.
Menurutku, kehidupan adalah sesuatu yang selalu bergerak maju, sebab satu detik yang telah terlewati tak akan pernah kembali. Hidup ini, juga bukanlah sebuah garis lurus yang sederhana. Kita hanya akan merasakan indahnya sebuah kebahagiaan, setelah belajar dari kesedihan yang pernah kita lewati.
Tentang masa lalu, benarkah kita dan juga hidup kita, tersusun dari potongan-potongan kenangan? Seperti yang pernah kau katakan, bahwa kau selalu mencintai kenangan, sebab kenangan kita tentang sesuatu, akan membangun jalan untuk meniti setiap jejak hidup yang kita tapaki.
Akupun mencintai kenangan, bahkan semuanya selalu tersimpan rapi dalam lemari memoriku, hanya saja tidak selamanya kenangan itu akan menuntun kita pada kehidupan yang lebih baik. Kita memang perlu untuk mengenang masa lalu, seberapa getirpun itu, karena masa lalu adalah sesuatu yang pantas dikenang, tapi bukan untuk dijadikan beban yang kelak akan membunuh masa depan kita sendiri.
Kelak suatu hari nanti, waktu akan membuka semua rahasia, barangkali setiap kita akan mengerti bahwa selalu ada yang terbaik yang direncanakan oleh Yang Maha Berkehendak. Aku selalu yakin, bahwa Allah selalu mencintai setiap kita, meski terkadang dengan cara yang tak pernah kita mengerti. Hanya karena kita tak bisa melihat masa depan……

Makassar, 04 Februari - 00 : 45 wita