hujan dan kabar pagi

Hujan beberapa hari ini seperti tak bosan-bosannya mengguyur, dan seperti biasa, air yang tumpah dari langit hingga melebihi debit normalnya ini membuat segmen-demi segmen dilayar televisi kembali ramai dengan berita-berita banjir. Rumah-rumah warga yang tergenang dan juga ribuan hektar areal persawahan yang rusak dan terancam puso karena tergenang air. Kasihan para petani, mereka tak pernah diuntungkan, belum usai masalah harga gabah yang rendah dan pupuk yang langka dan mahal, kini mereka kembali harus diperhadapkan dengan siklus alam yang bergerak tak terkendali.

Semalam producer kabar pagi, mas Marwan ngirim SMS, katanya siap-siap untuk live pagi besok, dengan format baru yang berbeda dari sebelumnya. Selain berita-berita regular, saya juga diminta tampil dengan membawa serta setumpuk koran-koran lokal yang terbit pagi ini, lalu menjelaskan pada pemirsa tentang topik-topik terhangat yang menjadi ulasan media lokal di kawasan Timur Indonesia. Tapi untuk tahap-tahap awal, mungkin baru sebatas media lokal yang terbit di Sulawesi Selatan, itupun tidak semuanya akan diulas.
Untuk live pagi , aku memang harus tidur lebih cepat, setidaknya supaya bisa tampil dengan wajah yang sedikit lebih segar, dan tidak dengan mata yang membengkak dan tulang-tulang yang terasa mengeropos akibat begadang. Aku sudah melalukan itu, mencoba tidur lebih awal. Dan ternyata, live pagi ini, berlangsung dengan tergesa-gesa, terlihat tidak terencana dengan baik, dan menurutku ini diakibat beberapa hal :

Gambar-gambar banjir yang kami kirim semalam, tidak dilaporkan korlip yang bertugas pada producer pagi. Akhirnya kaset-kaset itu nyasar entah dimana, dan tidak satupun yang bisa di roll untuk Kabar Pagi.
Aku terbangun hanya 15 menit menuju count down live Makassar, hujan keras dan dingin yang membungkus tulang membuatku terlalu lelap untuk mendengar suara handphoneku yang meraung-raung. Aku terbangun dengan score 4 kali miscall dari Mas Marwan.
Koran-kora local, Tribun dan Fajar telat datang, untung ada Anchu yang keluar nyari-nyari Koran di pengecer. Selanjtnya aku sama sekali tidak punya waktu untuk menyimak lebih dalam isi berita utama koran-koran tersebut, karena keburu live, kecuali beberapa informasi dari judul besar pada HL tentang rencana penurunan tarif telepon dan foto-foto banjir yang melanda sejumlah tempat.

Benar-benar gak maksimal menurutku, live tadi menjadi sekedar pengganjal program, itupun untung ada Makassar yang siap live dalam waktu yang mepet. Karena Surabaya dan Medan rupanya udah tiarap dari semalam. Barangkali gara-gara itu juga, Mas Marwan sama sekali tidak mengajukan keberatannya dengan kondisi ini. Memang, kekacauan ini tidak terlihat di depan layar, bisa dibilang show live didepan layar pagi berlangsung aman, sebab tadi, kakak Yatie hanya memberi komentarnya tentang mata kiriku yang terlihat menyipit. Hanya saja saja saya tetap merasa terganggu. Semoga besok bisa lebih terencana dengan baik.


Makassar, 5 Februari 2008 – 07 : 30

No comments: