tentang kehilangan

katanya... jika kita kehilangan sesuatu
lalu kita ikhlas, itu berarti Allah akan menggantikannya,
dengan sesuatu yang lebih baik lagi dari itu....

Makassar, 28 Maret 2009 - 20.30

kertas-kertas tissue

Berlembar-lembar kertas tissue itu memenuhi tempat sampah di sudut ruangan, sudah tiga hari ini saya harus berjibaku melawan serangan flu, ruangan ber-AC di kantor membuat virus flu menyebar dengan cepat. Hanya dalam tempo 3 hari , hampir separuh anak-anak di kantor ini kompak pilek secara berjamaah.
Entah sudah beberapa lusin tissue yang kami habiskan, mulai dari urusan lap tangan, menghapus tulisan di papan karena penghapusnya hilang, dan kini untuk menutup hidung dari bersin yang tak kunjung berhenti.
Tentang kertas-kertas tissue ini, saya selalu teringat denganmu...dulu, kau pernah bilang, "sumbangsih terbesar dari kerusakan hutan di bumi adalah produksi kertas, salah satunya adalah kertas-kertas tissue "
Lalu beberapa hari setelah obrolan kita itu, kau membeli dua sapu tangan, satu berwarna hijau, dan satu berwarna putih, yang hijau untukku, dan yang putih untukmu. katamu ketika itu,
"pakailah ini, mulailah dari hal-hal kecil untuk menyelamatkan bumi, setiap kali kita mengurangi pemakaian kertas, maka semakin banyak pula pohon yang kita selamatkan...tahukah kau, akibat eksploitasi, setiap hari hutan kita rusak seluas enam kali lapangan sepak bola..?? ".
Ketika itu, kau begitu bersemangat, jika kita berbicara tentang masalah-masalah lingkungan, apalagi sejak kau bergabung dengan sebuah organisasi pencinta alam dunia. Saya selalu mendukungmu, sebab sayapun merasakannya, betapa panasnya jalanan setiap kali memboncengmu, mengantarmu kemana-mana . Sama sepertimu, sayapun merindukan lebih banyak pohon di sisi-sisi jalan, daripada deretan-deretan ruko yang membuat kota ini seperti belantara beton yang kian gerah.
Hmmm.....lama kita tak bersua, saya dengar kini kau sedang menantikan kehadiran seorang malaikat baru di rumahmu, semoga kelak ia sepertimu, seseorang yang mencintai pepohonan, juga titik-titik embun pada rerumputan di pagi hari.....
Makassar, 21 Maret 2009 - 08.45

going home...

Dari depan pintu Ia menatapku, matanya berkaca-kaca saat saya mencium tangannya. Ia memelukku, juga menciumku, dan saya merasakan ada haru yang bergemuruh diantara tarikan nafasnya yang mulai lelah itu, betapa ia memelukku seperti ayah menemukan anaknya yang telah hilang bertahun-tahun.
Saya memang tak pernah bilang kalau mau pulang, saya rindu, tak pernah bertemu ayah hampir dua tahun ini. Saya rela menunda rencana tour de java dan menghabiskan cuti tahunan ini untuk pulang ke rumah...
Setiap kali saya pulang, saya selalu mencari-cari, adakah sesuatu yang berubah di rumah ini selama saya pergi? . Hhmm...rasa-rasanya tak banyak, kecuali ayah yang terlihat semakin tua, dan sebuah kursi tamu baru yang masih segar wangi toko meubel. Selebihnya yang selalu abadi adalah, sejauh apapun kami berlima pergi, selalu kan ada jalan pulang, sebab setiap kami selalu menyimpan rindu disini...

*****

Malam ini saya sudah di Makassar lagi, mulai lagi berjibaku. Saya menyenangi pekerjaan ini, meski ia membuat saya pergi terlalu jauh. Besok hari terakhir cuti, saya ingin menghabiskannya di rumah saja.
Tadi juga sempat mampir ke taman bungannya bang John, usai bertemu seorang sahabat. Seperti biasa, bang John, dia selalu menawariku bunga-bunga. Kali ini dia menawari bibit antorium gelombang cinta. Tapi saya menolaknya, nantilah bang....akan tiba saatnya jika rumah kecil itu telah saya benahi dengan baik.
Dan tentang bunga itu, saya hanya tiba-tiba ingat seseorang, yang dulu pernah bilang ke saya, bahwa dia tak begitu suka dengan antorium gelombang cinta yang ditanam istrinya, sederhana saja alasannya. Karena Ia tak menyukai cinta yang bergelombang, yang naik turunnya tergantung cuaca.....:)

Makassar, 03 Maret 2009 - 01:00