dua majikan

Kemana saja hari ini? hati-hati disana, semoga perjalananmu menyenangkan.
Oya, kalau pulang nanti, dan bila tak merepotkanmu, saya minta dibawakan oleh-oleh dua orang majikan Malaysia yang sering menyiksa para TKI. Akan saya sumbangkan mereka ke rumah sakit terdekat, untuk segera dijadikan pispot bagi para pasien....

Makassar, 30 Oktober 2009 - 23.20

para menteri

Obrolan di teras mesjid sekelompok bapak-bapak, tentang harapan mereka kepada para menteri Kabinet Indonesia Bersatu II yang terpilih, telah sukses mengacaukan ke-khusyuan sholat magribku. Salah seorang diatara mereka berujar "...itu si Jasaraharja...dia juga masih terpilih sebagai menteri...". Dan sayapun nyaris saja tertawa di raka'at kedua, barangkali yang dimaksud si bapak itu : Hatta Rajasa, menteri kordinator bidang perekonomian, Kabinet Indonesia Bersatu II, yang baru dilantik siang ini oleh Presiden SBY. Nah kalau Jasaraharja itukan perusahan asuransi..hehehe...
Untuk mengingat nama-nama menteri di jaman sekarang ini, sepertinya tak semudah jaman saya kecil dulu, ketika nyaris semua menteri di kabinet pembangunan-nya Soeharto sudah dihafal luar kepala. Mulai dari Harmoko, Moerdiono, Habibie, Sudomo, Cosmas Batubara dan lain-lain. Dan bukan hanya menghafal nama, tapi juga mengingat ciri khas dari para menteri, seperti menteri penerangan Harmoko yang kalau bicara selallu ada kata " menurut petunjuk bapak presiden ", atau menteri sekretaris negara Moerdiono, yang kalau bicara selalu ada kata " Eee....Eeee...Eee...". dan membuat para wartawan harus sabar menunggu, apa inti komentar yang ia berikan.
Masa kanak-kanan saya, sekitar tahun 80-an hingga awal 90-an, semua nama-nama penting di kekuasaan selalu cepat diingat, apalagi bagi anak-anak sekolah dasar seperti saya, pada masa dimana hegemoni negara begitu kuat, maka selain menghafal butir-butir pancasila dan pembukaan UUD 45, menghafal nama-nama menteri di jaman Soeharto juga adalah "kewajiban" seluruh anak-anak Indonesia. Kadang bila dalam pelajaran di kelas, ada perasaan seperti dianggap tolol, jika tak bisa mengingat nama salah satu menteri yang ditanya oleh bapak-ibu guru.
Sekarang tentu sangat jauh berbeda, ketika reformasi menggedor-gedor setiap pintu kekuasaan, menghafal nama-nama orang berkuasa di negeri ini bukan lagi suatu kewajiban. Bila diharuskan menghafal, barangkali anak-anak sekolah dasar akan kerepotan, sebab buku pelajaran sekolah barangkali tak lagi mencantumkan nama-nama menteri seperti dulu, dan dinding-dinding kelas mulai jarang dihiasi foto-foto para menteri dengan jas dan kebaya yang rapi.

*****

Siang ini para menteri terhormat yang dipilih oleh Presiden SBY baru saja dilantik. Masyarakat akhirnya tahu, kepada siapa saja kelak mereka titipkan harapan-harapan yang kian menumpuk dalam lemari kepala mereka. Harapan tersedianya lapangan pekerjaan, harga-harga yang terjangkau, ataupun harapan tentang biaya sekolah dan rumah sakit yang bersahabat dengan mereka.
Obrolan-obrolan pinggiran sekelompok bapak-bapak di teras masjid itu barangkali hanya akan menjadi sekedar obrolan, segera akan hilang dibawa angin begitu mereka pulang kerumah masing-masing, dan yang tertinggal hanya sesuatu yang berbentuk kecemasan dalam kepala mereka. Tapi sesungguhnya obrolan-obrolan pinggiran seperti itu, adalah suara jujur yang tulus dari rakyat, suara yang berdendang tentang kerinduan, pada sesuatu bernama kesejahteraan untuk semua....

Makassar, 22 Oktober 2009 - 19.00 wita