hari terakhir di tahun 2010

Ini hari terakhir di tahun 2010, tapi bukan soal itu, bukan tentang orang-orang yang sibuk menanti pergantian tahun. Ini adalah hari dimana saya mengingatmu dalam-dalam, semoga engkau di beri umur panjang, kesehatan dan juga banyak cinta untuk kami. Selamat ulang tahun istriku...:)

Makassar, 31 Desember 2010

obrolan kita...

"Bagaimana kabarmu hari ini?" kau bertanya.
"rindu..." jawabku.
Ini Desember sayang, bulan dimana hujan datang tak bosan-bosan,dan saya merasa lelah terus-menerus sembunyi di bawah mantel hujan. Tadi pagi, hingga hari mendekati siang, saya tak bersemangat keluar rumah, dari ruang tengah saya hanya menonton rembesan air hujan yang mengalir lancar di sela-sela dinding. Tembok-tembok rumah mulai lembab dan basah. Tapi tenanglah, nanti akan segera diperbaiki, sebab sayapun tak mau menyambutmu dan ia di rumah ini dengan tontonan hujan yang tak menarik seperti itu.

"sudahkah kau temukan nama yang baik untuknya ?" tanyamu lagi
"telah kutemukan nama yang baik dan indah untuknya". Jawabku.
Nama bukan hanya sebatas pertanda eksistensi diri seorang manusia, tapi lebih dari itu, nama adalah doa. Kita akan memberikan nama yang baik untuknya, agar setiap kali orang menyebut namanya, maka setiap itu pula akan segera menjelma sebagai doa-doa kebaikan untuk hidupnya.

"tadi aku jalan pagi disekitaran rumah.." ujarmu
"hmm...iya, banyak-banyaklah bergerak, biar otot-ototmu terlatih dan kuat saat hari itu tiba, maafkan saya, karena saat ini belum bisa menemanimu"
Saya harus memperhitungkan waktu cuti yang tepat, biar nanti bisa lebih lama menemanimu. Kalau saja kau disini sekarang, kau akan melihatku senyum-senyum sendiri, karena sedang membayangkan disuatu waktu, ia akan mengayuh sepeda kecilnya, menemani kita berjalan-jalan melihat pagi. Sebetulnya saya sedikit galau, bila nanti ia telah ada bersama kita, apakah saya masih bisa berlama-lama menahan rindu seperti saat ini?

"kau akan menjadi ayah..." bisikmu
"Ya, dan ia akan memanggilmu bunda.."
Siapkah kita menjadi orang tua yang baik untuknya?, bisakah kita membimbingnya tanpa membuatnya merasa kita telah mendiktekan pilihan-pilihan hidup untuknya?, apakah kita sanggup menjadi ayah dan ibu nomor satu untuknya?. Bila suatu hari nanti ia berkata "tidak" kepada kita, bisakah kita meyakinkannya bahwa kita mencintainya lebih dari yang ia pernah pikirkan?.

"jangan merisaukan sesuatu yang belum tentu terjadi...percayalah, ia akan menjadi anak yang baik, anak sholeh...sebab kita tak pernah berhenti mendoakannya..." begitu katamu.

Makassar, 27 Desember 2010 - 20.30 wita