dari balik terali

Melihat mereka berlima berdiri dari balik terali. Saya hanya tertegun, tak bisa berkata apa-apa. Saya sakit hati, juga dendam kepada Jenderal Polisi itu. Sungguh, ini tidak adil, tidak sebanding antara apa yang telah mereka lakukan, dengan konsekuensi yang mereka terima saat ini.
Saya juga sedih, benar-benar sedih, melihat bocah yang usianya belum cukup dua tahun itu, memanggil-manggil Ayah, pada setiap pengendara motor yang melintas di depan rumahnya sore itu. Pada malam sebelumnya, di depan kantor polisi, saya juga melihatnya menangis, dalam dekapan ibunya. Sementara Ibu si bocah, dengan mata yang selalu basah, Ia terlihat seperti memeluk nasib yang berhembus dingin bersama angin malam….

Makassar, 26 Juli 2008 – 12:00 wita

“untuk sahabat-sahabatku dibalik terali, moga selalu sabar, semuanya pasti ada jalan keluarnya. Terkadang, Allah mencintai kita dengan cara yang tidak kita mengerti…”

ruang waktu

entahlah, pada ruang dan waktu seperti apa saya berdiri..tapi bila gundah itu mulai mendera, saya hanya ingin terlelap lebih cepat. sebab gelap terkadang bisa menelan sedikit dari semua beban...saya benar-benar ingin berdamai dengan semuanya, biar jalan ini terasa lebih lapang untuk dilewati....

Makassar, 25 Juli 2008 - 15:50 wita

hard day

00 : 00 wita :
Ini hari ketiga, flu berat ini masih terus menggerogoti, sementara saya kebagian shift begadang. Sedikit penawar dari sekaleng bear brand juga ester-C ditambah sebungkus ajian dari nasi padang warung 17 Propinsi, semoga bisa membawa perubahan….

04: 30 wita :
Seperti yang sudah saya perkirakan, telpon ajaib itu meraung-raung di kuping, Jakarta minta gambar korban perempuan yang tewas akibat di panah orang tak dikenal segera dikirim…...hah, 16 derajat celcius temperature AC di ruangan master control, semakin membuat demam ini kian terasa. Kepalaku agak sakit, terasa berat, makin sempurna jika dipadukan dengan hidung yang tersumbat dan suhu tubuh yang naik turun…

07 : 00 wita :
Bangun pagi, alhamdulilah, jadwal piket berakhir, saatnya mandi. Katanya kalau mandi pagi-pagi bisa mengusir flu, tapi perasaan abis mandi sama aja, malah hidung ini seperti mau meleleh, kedua bola mata ini juga terasa seperti menyimpan api….

10 : 00 wita :
Menuju ke Barombong, menyelesaikan proyek masa depan, meski sebenarnya panas dingin suhu tubuh masih terasa sangat menggangu, saya gak punya pilihan, sebab ada beberapa janji yang harus diselesaikan. Tapi sayangnya mereka yang bertanggungjawab atas proyek masa depan ini rupanya gak jadi datang. Kata Pak Rusman, “ Sakitki istrinya Dg. Sija Pa’, mauki dibawa berobat dulu di Rumah Sakit Syeh Yusuf, besokpi baru saya lanjutkan pekerjaannya….”. Sayapun akhirnya tertidur kelelahan diatas karpet sambil dengar-dengar radio, lemas banget. Demam ini mulai terasa makin mengganggu. Sementara itu, jalan pulang ke kantor terasa makin jauh .

*****

22 : 00 wita :
Kembali duduk manis di depan computer, dengan jaket yang menutup hingga kepala. Memeriksa email-email naskah, juga mengirim listingan untuk proyeksi Kabar Malam dan kabar Pagi besok. Ada sekaleng susu bear brand, juga sebungkus nasi dan setablet decolgen, semoga besok tidak akan seberat hari ini…


Makassar, 21 Juli 2008 – 22 : 00 wita

kupu kupu

saya hanya ingin singgah disuatu tempat
tapi sayap-sayap kecil ini seperti tak mau berhenti mengepak,
meski sebenarnya mulai terasa lelah....

Makassar, 19 Juli 2008 - 15:35

selamat pagi

Pagi ini, agak telat bangun, masih juga terasa berat di kepala, dan seperti biasa saya akan menunda waktu mandi pagi hingga listingan dan rundown siang beres dulu, biar bisa mandi dengan tenang tanpa diganggu suara telpon yang tak bosan-bosannya berdering….
Semalam mataku panas, juga nafasku, saya lebih memilih memeluk guling dipojok ruang siaran, harus kuat, jangan sampai drop lagi, karena untuk orang-orang yang hidup jauh dari rumah seperti saya, merawat diri sendiri yang sedang sakit adalah hal terkonyol yang sudah sering saya lakukan.
Malam juga jadi terasa agak lama dari biasanya, padahal sebenarnya tidak ada yang berbeda dari setiap detak jarum jam di dinding itu. Anak-anak juga kulihat lumayan sibuk, ada kebakaran gudang gas elpiji di jalan Tentara Pelajar, juga seorang mahasiswa Universitas Negeri Makassar yang ditembak secara misterius di daerah Panakukang, kasihan...padahal katanya mahasiswa tersebut sementara menyusun tugas akhirnya untuk meraih gelar sarjana...

*****

“….dan pagi ini sebenarnya saya ingin bercerita banyak, seperti dari sebuah rumah, kita melihat dunia dari jendela yang berbeda..…tapi saya sulit menuliskannya. Biar saja semuanya hening, dan menjadi doa dalam diam, hingga tiba saatnya nanti, ketika waktu membuka semua rahasia…..”

Makassar, 18 Juli 2008 – 10 : 00 wita

setelah semuanya berderu dikejar waktu

Sesaat setelah semuanya berderu dikejar waktu, dan segalanya mulai melambat. Saya tiba-tiba merasa terkepung sepi. Senja yang gerimis hari ini, membuat saya seperti berkejar-kejaran dengan matahari. Saya hanya ingin datang tepat pada saatnya, ketika senja itu membiaskan cahaya merah keemasannya, dan membungkus matahari yang tergantung indah diujung cakrawala…
Sore tadi, diam-diam saya membuka catatan-catatan kecilmu, benar adanya, seperti yang pernah kau ceritakan, bahwa hal yang paling tragis dalam hidup ini bukanlah ketika kita sendiri dalam kesedihan, tapi justru sebaliknya ketika kita sendiri dalam kegembiraan…..

Makassar, 5 Juli 2008 – 20:50