tentang kita

seperti bayang-bayang yang tak penah bisa pergi
kita masih terus dikepung kenangan
yang menari-nari diujung jalan sepi....

Makassar, 26 Maret 2008 - 11 :00 wita

cameraperson

Semalam, pukul 03 : 30 dini hari….saya baru tiba di kantor biro, setelah sebelumnya bertemu bang Sudirman “brur” Mustari, senior cameraperson-ku di Metro TV dulu, dia baru tiba dari Jakarta, sepertinya ada tugas khusus dari kantor Metro TV untuk membentuk semacam tim “kopassus” baru di Makassar, begitu kami sering menyebutnya, jika sejumlah orang dilingkungan corps cameraperson akan menjalani massa basis, untuk dibentuk sebagai cameraperson multiskill, yang tahan banting, dan berani.
Sebab kunci dari siaran berita televisi adalah gambar, no picture no news, itulah sebabnya mengapa banyak jurnalis televisi yang kemudian menjadi korban dalam sebuah peliputan, dikeroyok massa, bahkan sebagian tewas terbunuh. Atau yang paling sederhana mungkin adalah harus siap bertahan selama berjam-jam disuatu tempat, bahkan berhari-hari, untuk menanti sebuah moment penting dan eksklusive terekam melalui lensa kamera kita.
Pertemuan semalam jadi membuatku terkenang waktu awal-awal kerja di Metro TV tiga tahun silam, dimana hampir tiap saat, hari-hariku dipenuhi dengan makian bang Brur akibat rekaman gambarku yang tidak sesuai standart yang diinginkan. Tapi setidaknya semua makian pada awal-awal kerja dulu bisa saya rasakan manfaatnya sekarang-sekarang ini.
Dua tahun terakhir saya di Metro TV, saya semakin jarang menenteng kamera saat liputan, setelah lebih banyak dialih fungsikan sebagai reporter live. Memang menyenangkan menjadi reporter dan melaporkan sebuah peristiwa secara live, tapi saya merasa mengabadikan sebuah peristiwa dengan kamera jauh lebih memiliki tantangan, apalagi jika liputannya didaerah konflik. Sekarang di TV One ini, dengan tugas dan tanggung jawab yang sedikit berbeda dari tempat kerja dulu, sepertinya saya jadi semakin jarang berada dilapangan meliput sebuah peristiwa, lebih banyak dikantor, lebih pada fungsi koordinasi dan proyeksi agenda peliputan.
Sebenarnya saya tidak terlalu menyukai berada dalam kondisi seperti ini terlalu lama, menurutku ini bisa melemahkan kemampuan adaptasi dilapangan. Mestinya semuanya bisa berjalan seimbang.
Saya juga terkadang merasa terlalu cepat untuk diparkir dalam ruang redaksi seperti ini, sementara masih banyak yang belum dapat saya capai, saya masih membutuhkan liputan-liputan lapangan yang mengasah analisa, juga kecepatan, ketepatan dan keberanian berhadapan dengan situasi-situasi yang tidak terduga.

Makassar, 13 Maret 2008 – 18 : 15 wita

sepasang sayap putih

Hidup dan nasib....
ia seperti sepasang sayap putih unicorn
yang mengepak cepat, terbang dan berlari melintasi malam
sementara kita terbawa diatas punggungnya...
jika ia kerap membawa kita melalui jalan-jalan malam yang hitam dan sunyi
jangan pernah risau, tetapkan hati, dan yakinkan pikiran
bahwa kita tengah dibawa terbang menuju takdir yang kita cari...
sebab kita takkan pernah bertemu pagi yang indah
tanpa melewati sisi malam yang kelam...
kita hanya punya satu kesempatan dalam hidup ini
jangan biarkan ia berlalu dengan sia-sia
berjuanglah dan buatlah ia menjadi lebih berarti ....

"suatu senja, saat kau datang membawa setangkup kesedihan padaku"

makassar, 9 Maret 2008 - 18 : 30 wita

guru kami

kami berduka….
kami benar-benar telah kehilangan..
seseorang yang selalu menjadi teladan dan juga inspirasi..
tentang keteguhan hati, tentang keikhlasan dalam hidup...
juga tentang semangat yang tak berhenti menyala...
tentang pribadi yang penuh kelembutan dan sederhana…
Selamat jalan guru kami tercinta…
Semoga Allah memberikan tempat yang terbaik untuknya...
Amiiinn. ...

“duka kami untuk berpulangnya guru kami, sahabat kami DR.Mansyur Semma, Msi”

Makassar, 4 Maret 2008 – 09:07 wita