september...

Tengah malam ini, saya hanya ingin menundukkan kepala dalam-dalam
berserah diri kepada Sang Pemilik Kehidupan. Ahh..nikmat yang mana lagi yang mesti saya dustakan ? bukankah semua yang telah saya miliki hingga hari ini adalah lebih dari cukup.....

Makassar, 25 September 2008 - 00:00

"ada kiriman doa dari masa lalu....terima kasih...."

tiga hari...

Alhamdulillah...akhirnya hari ini saya masuk kantor lagi, setelah tiga hari disuruh istirahat oleh Sang Pemilik Kehidupan, disuruh bertafakkur untuk meresapi dalam-dalam, bahwa betapa berharganya sesuatu yang bernama "sehat"....
Rabu malam kemarin, tiba-tiba saja saya seperti tengah bermalam di kutub utara, sekujur tubuh menggigil, disertai sakit kepala yang menusuk-nusuk. Padahal sebelum itu saya baik-baik saja, tidak sedikitpun merasakan gejala-gejala kalo mau sakit. Seorang teman, ketika tahu saya sakit, dengan bercanda malah bilang begini.." jangan-jangan kagetki karena baru dapat THR...hehe...".
Bukan soal itu, semuanya mungkin bermula dari kebiasaan buruk menunda-nunda waktu makan, karena betah berlama-lama di depan komputer. Kemarin, peperangan Age of Empire II di komputer belakang itu telah membuat saya lupa waktu, dan menunda-nunda waktu makan malam, padahal buka puasa sebelumnya hanya ditemani dua potong kue dan segelas teh...lalu kemudian, dua jam setelah saya menyerbu warung coto dengan penuh keringat dingin, saya akhirnya terkapar dengan perasaan gak karuan...
Libur 3 hari, tentu membuat sahabat-sahabat saya di biro harus mengerahkan energi lebih untuk menggantikan tugas-tugas saya. Maklum, sekalipun kami adalah tim, tapi jumlah kami sedikit, terkadang kami kerap didera keletihan yang sangat, apalagi kalau lagi ramai-ramainya pemberitaan...tapi terlepas dari itu semua, untuk tiga hari ini, tentunya saya wajib menyampaikan terima kasih yang tak terhingga untuk semua orang yang ada dirumah putih ini...

Makassar, 21 September 2008 - 19:45

tanda duka

Padahal saya telah berjanji untuk tidak lagi menulis tentang keresahan, dan juga kesedihan di rumah ini, dalam hal apapun itu....
Tapi beberapa hari ini, melihat ramai berita di televisi tentang 21 orang warga miskin Pasuruan Jawa Timur yang mati karena terjepit diantara ribuan orang yang berebut pembagian zakat senilai 30 ribu rupiah, sungguh membuat miris....
Saya menulis ini sebagai tanda duka untuk mereka, orang-orang miskin yang mengadai nyawa demi sesuap nasi. Tentu sangat kontras dengan para wakil mereka di DPR yang secara berjamaah merampok milyaran rupiah dana Bank Indonesia.....

Makassar, 16 september 2008 - 23:30 wita

suatu subuh diteras sebuah mesjid....

Kau :
Sudah berhari-hari, ia pergi, membawa serta buah hatiku
Aku :
Ia pun telah pergi, berhari-hari, membawa serta sepotong hatiku
Kau :
Katanya aku tak bisa diharapkan, padahal telah kulakukan semuanya,
hanya untuknya. Dua tahun, aku mencoba bertahan. Tidakkah engkau tahu, bahwa rumah itu, dan semua yang ada didalamnya, adalah kerja kerasku yang hanya semata-mata untuknya. Tapi tetap saja, aku bukanlah orang yang bisa Ia andalkan. Ia dan orang-orang disekitarnya, mereka seperti bersatu padu memusuhiku...
Aku :
Aku tak bisa dipercaya, begitu katanya, tidak ikhlas, serta seperti seseorang yang penuh dengan maksud tersembunyi. Betapa ia mencurigaiku. Padahal telah kutegaskan kepadanya, kalaupun aku punya maksud tersembunyi, itu hanyalah betapa aku ingin menjaganya disepanjang waktu hidupku...
Kau :
Kukatakan padanya, pergilah, kemana hatimu membawamu. Jika masih ada waktu, kelak angin akan mempertemukan kita kembali.
Aku :
Ia orang paling keras kepala yang pernah kutemui, kukatakan padanya, pergilah, kemanapun engkau mau, akan kukirim banyak doa keselamatan untukmu...

Makassar, 12 september 2008 - 04:00 wita

semalam...

Sesaat sehabis buka puasa di kantor...
Jalan Sultan Alauddin : Sari Laut Mas Dani , menu " kepiting, ayam, lele, kakap, baronang, bolu, cepa..."
Jalan AP Pettarani : Sari Laut Mas Suhud, menu " kepiting, ayam, lele, kakap, baronang, bolu, cepa..."
Jalan Hentasning : Sari Laut Mbak Sulis, menu " kepiting, ayam, lele, kakap, baronang, bolu, cepa..."
Jalan U. Sumoharjo : Sari Laut Mas Karto, menu " kepiting, ayam, lele, kakap, baronang, bolu, cepa..."
Jalan P.Kemerdekaan : Sari Laut Mas Usman, hhhfffff....akhirnya saya memutuskan singgah disini, karena menunya tetap " kepiting, ayam, lele, kakap, baronang, bolu, cepa...".

Makassar, 07 September 2008 - 11:00 wita

Semalam, saya benar-benar rindu rumah...

dalam doa

"...Aku mencintaimu, itu sebabnya
aku tak akan pernah selesai mendoakan keselamatanmu..."


saya pernah membaca puisi Sapardi Djoko Damono ini,
entah kapan dan dimana, saya lupa, tapi itu tidak penting
yang terpenting adalah, seperti halnya puisi itu
sayapun ingin selalu mengirim banyak doa bagi keselamatanmu...

Makassar, 4 September 2008 - 17:45 wita

The Alchemist

Saya membaca lagi potongan sinopsis The Alchemist, maha karya seorang Paolo Ceolho, yang telah memberikan inspirasi bagi berjuta orang, bagi berbagai bangsa di dunia. Dulu, pada september setahun yang lalu, seseorang memberikan buku yang penuh inspirasi itu kepada saya.....:

Sang Raja Salem berpesan padanya, “ Di saat engkau menginginkan sesuatu, seluruh jagat raya bersatu padu untuk membantumu meraihnya”. Maka berangkatlah Ia, Santiago, si anak gembala dari Andalusia itu, ia pergi mengikuti suara hatinya dan berkelana mengejar mimpinya.
Perjalanan tersebut membawanya ke Tangier serta padang gurun Mesir, dan di sanalah dia bertemu sang Alchemist yang menuntunnya menuju harta karunnya, serta mengajarinya tentang jiwa dunia, cinta, kesabaran dan kegigihan...
"Mengapa kita harus mendengarkan suara hati kita?" tanya si anak ketika mereka mendirikan tenda pada hari itu. "..Sebab, di mana hatimu berada, di situlah hartamu berada..." jawab sang Alchemist.........

******

Saya tiba-tiba merasa seperti si anak gembala itu, mencari sesuatu yang disebut sebagai "pertanda". Sesuatu yang kelak akan menuntun saya menuju takdir yang saya cari, sesuatu yang akan mengajarkan saya tentang jiwa dunia, tentang cinta, kesabaran dan juga kegigihan.
Saya merasa benar-benar letih, seperti tengah menyusuri masa lalu, dan juga masa kini yang sama-sama menyesakkan.
Dan sepanjang hari ini, saya memikirkan banyak hal, barangkali semua ini juga adalah "pertanda", bahwa saya memang harus "berhenti" disini, mendengarkan lagi kata hati, meluruskan lagi niat, dan memulai semuanya dari awal kembali........

Makassar, 03 September 2008 - 00 : 10 wita