handphone

Akhirnya saya berhasil menelponnya, hari senin, pukul 10:30 wita, setelah berhari hari handphonenya tak pernah aktif. Kadang hal seperti ini sering membuatku cemas, juga sedikit kesal. Sebab untuk bisa berbicara dengannya, sayapun nyaris mengabsen satu persatu orang dirumah yang punya handphone.
Biasanya ia suka meninggalkan handphonenya di atas meja kamar, lalu pergi jalan-jalan menengok cucu-cucu kesayangannya, atau pergi menghabiskan waktu di pasar dekat rumah. Padahal handphone itu, saya belikan supaya bisa melepas rindu padanya, sebab diantara kami berlima, hanya saya yang terpisah jauh dari rumah...
Lalu, pada pembicaraan ditelpon tadi, kami saling berlomba-lomba menanyakan kabar, "alhamduliah, ayah baik-baik saja,...hape-nya sengaja ayah matikan, soalnya cucu-cucu ini suka mengirim sms di acara tv, jadinya ayah pusing liat sms yang banyak masuk di hape..." begitu katanya.
Hehehe...lucu juga, pasti ponakan-ponakanku yang lucu-lucu itu, memakai handphone ayah untuk mengirim sms dukungan pada idola cilik mereka, atau sms-sms gaul lainnya yang selalu di iklankan di tv. Mereka pernah bilang ke saya, kalau handphone ayah itu banyak pulsanya, soalnya jarang di pakai :).
Sudah tentu ayah akan pusing dengan balasan sms yang bertubi-tubi dari para operator selular itu, apalagi setahuku ayah cukup kerepotan bila harus membaca huruf-huruf sms yang kecil.
Dulu...waktu almarhumah ibu masih ada, biasanya ia suka memprotes kami yang ingin membelikan handphone buat ayah. Alasan ibu, telpon rumah sudah cukup, tidak terlalu merepotkan pengoperasiannya. Tapi kata ayah, handphone itu penting, supaya ia bisa selalu dihubungi, kapan dan dimana saja. Meski pada kenyataannya, setelah memiliki handphone, ayah lebih sering meninggalkannya di meja kamar....

Makassar, 20 April 2009 - 12.00

No comments: