resonansi

Tidore malam itu :

Dulu, di dekat rumahku, ada seorang tua yang sering berkeliling sepanjang malam sambil memainkan biolanya, kami memanggilnya Om Baka. Jika siang hari, ia kerap lewat dengan sekarung hasil kebun diatas pundaknya. Lalu pada malamnya, sayup-sayup suara biolanya akan terdengar disepanjang jalan yang dilalui. Suara biolanya syahdu, tapi lebih sering gesekan dawai-dawainya justru terdengar lirih , seperti sebuah nyanyian sunyi seorang tua.
Kadang saya memintanya singgah, berharap ia mau memainkan biolanya untukku. Biasanya sambil bermain biola, kami juga berbincang banyak hal, meski hanya obrolan ngalor ngidul, yang melompat dari satu topik ke topik yang lain.
Seingatku, yang paling sering ia ributkan, adalah perilaku anak-anak disekitar rumahku yang sering mengganggunya, menurutnya mereka tidak punya sopan santun, dan rasa hormat kepada orang yang lebih tua. Barangkali nnak-anak itu berpikir, bahwa Om Baka adalah seorang tua yang sedikit terganggu pikirannya...

Makassar malam ini :

pemain biola yang berdiri di sudut warung makan sederhana ini, ia memainkan sebuah lagu lama yang memantik rindu. Suaranya syahdu, membuat saya bertahan sedikit lebih lama , menunggu hingga ia menyelesaikan lagunya. Ia telah memainkan alat musik itu dengan baik, suara biolanya seperti menimbulkan resonansi, bergetar jauh hingga pada sisi paling dalam dari diriku. Ia telah menghiburku, juga sekaligus membuatku rindu rumah, dan merasa sudah pergi terlalu jauh...

Makassar, 10 April 2009 - 22:00

No comments: