perjalanan pulang....

Demi gengsi dan harga diri sebagai seorang laki-laki (halahh..lebay..:p), saya setengah mati menahan mual, dan pura-pura tak mendengar saat si Ronal, cameraman Jakarta itu berujar kalau ia mual dan kepalanya juga mulai terasa pusing.
Ada banyak tikungan-tikungan tajam, dengan bukit disatu sisi, dan jurang disisi lainnya, jalan-jalan menanjak yang berbatu, juga sesekali becek dan berlumpur. Saya sudah sering melakukan perjalanan liputan dengan melintasi jalur darat trans Sulawesi. Dan kesimpulanku, jalur Gorontalo-Sulawesi Tengah ini adalah salah satu dari beberapa jalur trans Sulawesi yang sebaiknya dihindari bila tidak terpaksa.
Pak Hasan, sopir yang memacu mobilnya tanpa ampun itu, ia mungkin lupa kalau para penumpangnya makin lelah menahan mual. Barangkali pak Hasan sedang berimajinasi tengah mencoba keganasan rally dakar, sebagai rally terganas di dunia. Atau ia memang tipe orang yang tak sayang dengan kendaraannya, dan rela mengambil resiko mengantar kami melewati jalur ini. Tapi kata pak Hasan, "saya tahu bapak-bapak ingin kita tiba lebih cepat".
Kami sedang mengejar waktu, untuk liputan bentrokan warga dengan polisi di Kabupaten Buol Sulawesi Tengah, yang telah menewaskan 8 orang warga, dan melukai belasan lainnya. Bentrokan itu dipicu tewasnya seorang tahanan kasus kecelakaan lalulintas di dalam sel kantor polisi. Bentrokan berdarah ini, sepertinya bukan hanya semata-mata masalah tahanan tewas dalam sel, tapi bisa jadi bentuk akumulasi kekesalan warga dengan perilaku polisi yang kerap semena-mena, "terutama polisi lalulintas, yang suka memalak ratusan ribu uang masyarakat..." begitu kata seorang pemilik warung, saat kami singgah ditempatnya dini hari itu.
Kabupaten Buol, kesan saya setelah empat hari berada didaerah itu adalah, saya sedang mengira-ngira berapa banyak uang daerah yang telah dirampok pejabatnya. Bukan hanya ratusan kilo jalanan luar kota yang kami lewati tadi, tapi jalanan dalam kota juga sama parahnya, berbatu, berlubang, penuh debu, dan banjir disana-sini. Mulai dari Paleleh, Gadung, Lipunoto, Bonobogu, Biau. Padahal kabupaten yang sudah lebih sepuluh tahun berdiri itu memiliki banyak sumberdaya alam, seperti emas, besi dan batu bara. Selain jalan, banyak juga proyek-proyek pemerintah yang terbengkalai.

******

Setelah jumlah korban warga yang tewas menjadi delapan orang, dan sepuluh warga korban luka tembak dirujuk ke rumah sakit yang lebih baik, setelah belasan polisi yang dianggap bertanggung jawab itu dibawa ke Palu. Dan setelah beberapa kali kita saling menelpon menyampaikan rindu....saya akhirnya bisa pulang. Tahukah kau, betapa rasa rinduku pada rumah, telah berhasil mengalahkan rasa kesalku pada ratusan kilo meter jalan rusak itu, rasa rindu juga yang membuat saya tabah, meski harus menghadapi kenyataan, terkatung-katung selama empat jam ditengah hutan sepi, akibat mobil mogok karena kanvasnya jebol.
Malam itu, andai saja kau ada disana, ditengah hutan yang gelap itu, kau akan melihat bagaimana kami beramai-ramai mengangkat tangan tinggi-tinggi mencari sinyal handphone yang timbul tenggelam, untuk meminta bantua evakuasi, dan tentu saja untuk mengabarkan pada orang-orang yang kami cintai, bahwa kami baik-baik saja. Kau juga akan melihat bagaimana pak Hasan memukul-mukul kepala dan menendang apa saja yang ada didekatnya, meratapi nasib mobil rallynya itu....

Gorontalo, 6 September 2010 - 10.00

No comments: