pulang

Orang-orang sudah ramai di rumah saat saya tiba siang itu. Tenda pengantin di depan rumah sudah dipenuhi para undangan, jadi bingung juga harus masuk lewat mana, satu-satunya jalan masuk ke rumah ialah dengan melewati hadapan para undangan itu. Saya malu untuk melintas, apalagi dengan dandanan kayak orang baru turun gunung seperti ini.
Mestinya saya sudah di rumah sejak kemarin, tapi karena liputan bentrokan pendukung sultan Ternate, Mudaffar Syah, dengan aparat kepolisian, terkait pilkada Maluku Utara membuatku tertahan di Ternate untuk sementara. Sekarang saja untuk bisa sampe kerumah, saya harus minta kerelaan mas Bowo dan Burhan liputan tanpa saya. Hari ini adik bungsuku, Nana menikah, ini moment penting yang harus saya hadiri.
Orang-orang penuh diruang tengah itu, hanya dari balik jendela nako rumah kami, kulihat Nana, bersama calon suaminya, detik demi detik melewati setiap proses bagi kehidupan mereka yang benar-benar baru. Ah, si bungsu yang manja ini akhirnya menikah, sebuah fase baru dalam hidupnya yang menuntut kedewasaan dan kebijaksanaan.
Kami benar-benar diliputi kesedihan, saat acara sungkeman pengantin dengan seluruh anggota keluarga, saya sedih, ada yang kurang hari ini, adik bungsu yang kami sayangi ini melalui saat-saat penting dalam hidupnya tanpa disaksikan almarhumah ibu. Padahal sebelumnya Nana meminta supaya saya tetap bisa pulang pada hari pernikahannya, sesibuk apapun penugasan kantor, katanya tidak lengkap nantinya foto keluarga di hari bahagianya itu. Dia lupa barangkali, bahwa sepeninggal ibu, secara lahiriah, kita akan selalu tidak lengkap.
Rasa-rasanya waktu bergerak lebih cepat dari yang pernah terpikirkan, keluarga ini, saya benar-benar mencintai keluarga ini, bagi orang seperti saya yang membangun hidup jauh diperantauan, bisa pulang dan berkumpul dengan Ayah dan semua saudara, selalu saja menyibak nyibak rasa rinduku. Rapuhnya waktu memang membuat segalanya telah banyak berubah. Meski begitu rasa-rasanya kami selalu seperti dulu, seolah-olah tak ada yang berubah sedikitpun, kami seperti cinta yang tak pernah letih…..


Makassar, 2 September 2007 – 12 : 55 wita

No comments: