kota di tengah hutan

Kota ditengah hutan itu benar-benar ada. Sebuah kota yang dikelilingi hutan, dimana batas-batas jalan ataupun halaman-halaman rumah, pusat-pusat perbelanjaan dan kantor-kantor adalah pepohonan lebat.
Kuala Kencana, kota ini dibangun ditengah hutan oleh perusahan tambang emas raksasa di Timika Papua. Sepertinya PT. Freeport memang tidak tanggung-tanggung membangun kota kecil sebagai kawasan hunian ribuan pekerja pabrik mereka. Sebuah kota ideal yang dirancang sebagai tempat melepas penat dan stress para pekerja pabrik yang berpacu dengan target-target produksi.
Aku melihat banyak wanita-wanita bule yang berseliweran di kawasan itu, barangkali mereka istri bule-bule petinggi Freeport. Sejenak aku seperti merasa barada diluar negeri, apalagi melihat deretan coklat, buah-buahan, sayuran dan aneka makanan berlabel luar negeri yang terpajang dengan manisnya di rak-rak swalayan. Seperti sebungkus wortel dan kol made in Australia itu, entahlah, apakah barangkali orang-orang Papua memang gak bisa menanam sayur mayur semacam itu?
Kota di tengah hutan itu, memang tak mudah untuk masuk kesana, meski hanya untuk jalan-jalan melihat-lihat keadaan. Sebuah pos penjagaan dan pemeriksaan telah disiapkan di gerbang kota. Hanya mereka-mereka yang memiliki ID card khusus dari Freeport yang dapat melangkah dengan bebas melewati garis gerbang. Bahkan polisi-polisi seperti Kapolres Timika, kulihat juga mengantongi ID card. Untuk pertama kalinya aku melihat polisi punya ID card yang menggantung di saku seragamnya. Hehehe….Jangan-jangan lencana sang Kapolres sudah tak ampuh lagi.
Kalaupun aku sendiri bisa masuk kesana, semua itu berkat Georgerius Okuare. Seorang pemuka suku Kamoro, yang merupakan salah satu suku asli pemilik tanah Timika. Di Timika, dua suku asli pemilik tanah emas itu adalah suku Kamoro dan Amungme. Dan sebagai pemuka suku Kamoro, Gery, tentunya memiliki banyak akses untuk bisa sedikit lebih leluasa hilir mudik di kawasan pertambangan emas terbesar di dunia itu.
Tapi jelas Gery tentunya tak bisa disamakan dengan masyarakat suku Kamoro atau suku Amungme lainnya. Sebab warga-warga biasa Kamoro dan Amungme, aku masi melihat mereka antri untuk mendapatkan ID card khusus tersebut. Ah…apa yang terjadi dengan negara ini…orang-orang kini hanya dapat masuk ke rumah mereka sendiri dengan sebuah ID card khusus dari negara lain.

Makassar, 03 Mei 2006 – 00 : 36 Wita

No comments: