foto dari masa lalu

Dua buah KTP dengan alamat Makassar dan Jayapura, sejumlah kartu ATM dari beberapa bank yang telah kadaluarsa, kwitansi-kwitansi, beberapa lembar koleksi duit kertas baru yang masih licin, semuanya boleh saja raib jika memang sudah saat untuk kembali pada asalnya.
Aku telah mengikhlaskan kepergian dompet itu, meski dengan sedikit perasaan sedih. Tapi tak apalah, sebab bukankah ini adalah sesuatu yang lumrah dalah sebuah proses hidup. Gak ada yang abadi, semuanya kerap datang dan pergi begitu saja. Dalam hidup kita udah sering banget merasa kehilangan atas sesuatu, tapi besoknya sesuatu yang baru biasanya selalu saja bermunculan, kemudian hilang ketika tiba saatnya, lalu datang lagi sesuatu yang baru dan begitu seterusnya.
Sudahlah…dompet coklat itu entah dimana, bersama sejumlah foto-foto masa kecilku yang terselip di dalamnya. Kusimpan foto-foto culun itu didompet, biar selalu bias dibawa kemana-mana. Setidaknya dalam penatnya langkah yang dijejaki, ada sesuatu yang menyejukkan saat memandang foto-foto itu. Ikhlaskan saja semua isinya, anggap saja sebagai sesuatu yang telah disedekahkan.
Sebenarnya aku kurang begitu suka memakai dompet, menyimpannya di saku celana belakang kerap membuat kartu-kartu ATM dsb yang bermukim didalamnya jadi patah. Seingatku, aku Cuma sekali membeli dompet. Saat awal-awal kuliah dulu, itupun nyaris tak terpakai. dan kalaupun hari ini aku punya sebuah dompet, itu hanya kebetulan sebagai hadiah ulang tahun dari pacarku yang dulu “ biar diinget-inget, harus selalu ada isinya. Udah saatnya untuk mikir masa depan” begitu katanya.

Seorang ibu yang tengah hamil tua, sambil menggendong seorang bayi, datang ke rumah Kika pagi itu. Mengembalikan sebuah dompet coklat yang di temukan anaknya beberapa malam yang lalu. “ saya gak tau ini dompet siapa, tapi saya liat ada fotonya Ika disini” Ujar ibu muda itu.
Aku tentunya amat bersyukur dengan kembalinya dompet itu, kuperiksa isinya, tentunya setelah ibu itu berlalu. Semuanya masih utuh, kecuali koleksi beberapa uang kertas baru yang entah dimana. Aku berprasangka baik terhadap ibu muda itu, barangkali dia penemu yang kesekian setelah jatuhnya dompet. Tapi demi Allah, aku telah mengikhlaskan semuanya, termasuk siapapun sang penemu pertama.

Makassar, 02 Mei 2006 – 23 : 45 Wita

No comments: