surat dari ayah

Pagi-pagi saya menelpon ayah, tiba-tiba baru ingat rupanya dalam dua bulan terakhir ini ayah yang lebih banyak menelpon saya, menanyakan kabar atau hanya sekedar ingin ngobrol. Terkadang ayah menelpon diwaktu-waktu yang kurang tepat, seperti saat saya sedang ribet-ribetnya dengan banyak urusan peliputan. Apalagi kalau ayah tahu saya sedang tugas liputan keluar kota, dan liputannya sedikit bernuansa bahaya.
Saya menanyakan kabarnya, sehari jelang ramadhan tahun ini. Kali ini akan menjadi ramadhan ke 13 dan mungkin saja menjadi lebaran ke 13, saya tak pernah merayakannya bersama ayah. Wah,sepertinya saya sudah mengalahkan bang Toyyib haha.., kalau bang Toyyib tak pulang dua lebaran, saya malah 13 lebaran.
Obrolan kami biasa-biasa saja. Saya lebih suka bila ayah yang banyak bercerita, supaya saya mendengar banyak kabar dari kampung, dan ayah adalah seorang pencerita yang baik. Biasanya yang jadi bahan obrolan bermacam-macam, tapi yang paling sering adalah nasehat supaya saya menjaga kesehatan. Untuk yang satu ini, menurutku ayah kadang sudah seperti dokter benaran.
Tempo hari, ketika saya baru keluar opname di rumah sakit karena thypus, ayah mengirim surat. Ada sebuah amplop putih yang dibawa Wisnu, adik ipar saya dari Tidore. Kata Wisnu : "Ada kiriman dari ayah, tidak tau apa isinya".
Masa surat sih? bukannya ayah sudah punya handphone, kan tinggal telpon atau sms bila ada yang perlu untuk disampaikan, kenapa harus pake surat?. Atau mungkin ayah kirim duit untuk membeli stik pengukur asam urat yang pernah dia pesan?. Tapi setahuku ayah tak pernah kirim duit pake amplop. Penasaran, saya menerka-nerka apa isi dalam amplop itu.
Amplop itu lumayan tebal, saya membukanya, isinya jauh diluar perkiraan saya, sama sekali bukan surat, tapi sebuah potongan koran Malut Post rubrik kesehatan dengan judul yang lumayan besar " Thypus, terinfeksi oleh Bakteri Salmonella Typhosa. Hindari Makan Tak Higienis". Lengkap dengan tulisan pendukung tentang obat-obat herbal untuk melawan penyakit thypus.
Saya merasa lucu tapi juga terharu. Informasi dalam potongan koran itu bukan sesuatu yang sulit saya dapatkan, saya bisa saja mencarinya hanya dengan dua tiga kali klik di internet. Tapi ayah jauh-jauh dari Tidore mengirim potongan koran itu untuk saya.
Kiriman potongan koran dari ayah, membuat saya paham, bahwa para orang tua mungkin akan selalu begitu, mereka akan selalu mencemaskan anak-anaknya, termasuk untuk urusan-urusan yang sederhana sekalipun. Mereka mungkin akan menganggap kami sebagai anak-anak abadi. Sekalipun kami telah memberikan mereka cucu-cucu yang lucu dan mengemaskan.

Makassar, 31 Juli 2011 - 07.00

[my lovely Zee...suatu hari nanti, mungkin saja ayah akan melakukan hal-hal yang kau anggap lucu atau berlebihan, seperti cerita potongan koran yang dikirim kakekmu untuk ayah. Tapi percayalah putriku, hal-hal konyol seperti itu bukan bermaksud apa-apa, itu semata-semata karena satu kata yang selalu kami jaga untukmu, kata itu bernama "cinta"].

No comments: