nomor satu

Hari ini lumayan sepi,agak susah mencari liputan yang standar berita nasional. Tadi koordinator peliputan daerah nelpon, katanya biro-biro tidak siaran di kabar siang kali ini. Hhmmm..bagus juga, setidaknya ada sedikit jeda untuk santai-santai barang sejenak..:)
Belakangan ini kerjaan makin bertambah, apalagi sejak ada program "kabar pagi sulsel" yang berdurasi 30 menit, mulai senin hingga jumat, dengan program liputan khusus tematik setiap hari senin. Belum lagi kejar setoran program-program nasional tiap hari. Kadang ingin mengeluh, karena jatah libur sering dipangkas, tapi kami harus selalu terjaga, seperti motto para pemburu berita, " semua orang boleh tertidur, tapi berita tak pernah tidur".
Kalau pada ulang tahun kali ini tagline kami dua tahun nomor satu, karena sebagai stasiun tv yang baru berusia dua tahun, kami mampu mencapai banyak hal. Nanti tahun berikutnya, kami juga harus mejadi tiga tahun nomor satu, lalu empat tahun nomor satu, terus lima tahun nomor satu, sampai bertahun-tahun tetap menjadi nomor satu. Dan itu berarti, para prajurit seperti kami harus tetap bersiaga, supaya tiap hari selalu menjadi nomor satu sebagai pilihan pemirsa.
Kami ini seperti serdadu, kata Iwan Fals : "para serdadu seperti peluru, tekan picu melesat tak ragu...perintah datang karangpun diterjang...". Sejujurnya, kami selalu punya militansi, punya semangat, tentu saja asal kami selalu dalam kondisi sehat walafiat, tak seperti yang dialami Cureq si "bintang tamu" itu, technical director tvone biro Makassar itu sudah dua hari tak masuk kantor karena sakit.
Gosipnya Cureq terkena gejala tipes, tapi informasi dari pak Takbir tadi siang, katanya Cureq mengaku terkena amnesia,hehehe...pasti si bintang tamu itu salah bicara lagi, saya yakin yang dia maksud adalah anemia, bukan amnesia. Barangkali itu akibat kelelahan, usai menjalani live diberbagai tempat beberapa hari terakhir ini. (oya, tentang kenapa Cureq disebut bintang tamu, biar saja hanya Tuhan dan juga orang-orang kantor disini yang tahu hehe...).
Nah, itu cerita tentang Cureq, sementara saya sendiri, dua malam kemarin terbaring menggigil, meriang panas dingin . Sebelum itu, saat liputan bentrokan eksekusi lahan di jalan Pandang Raya, saya setengah mati menahan perih dimata dan sakit kepala minta ampun, akibat terkena gas air mata yang ditembakkan personil brimob saat berupaya menghalau warga yang menyerang polisi.
Ah, tapi itu semua soal kerjaan, sejak pertama kali memutuskan bekerja di bidang ini, saya telah memahami semua konsekuensinya. Sebenarnya yang sedikit membuatku risau adalah, nanti bila tiba waktunya, dan terjadi hal-hal diluar batas kenormalan sebuah pekerjaan, semoga saja kau selalu sabar menungguku pulang, tentu saja dengan senyummu yang paling manis dihari itu. Karena bukan hanya di kantor, tapi dirumah sayapun ingin selalu menjadi nomor satu untukmu....

Makassar, 27 Februari 2010 - 17.00 wita

masa kecil

Foto-foto masa kecilku yang dikirim abang On itu mengaduk-ngaduk kenangan, ia seperti setangkai rindu yang diletakkan pagi-pagi di depan pintu hati. Kalau tak salah, Ayahlah yang mengabadikan kami berempat sore itu dengan kamera pocket andalanya. Kami berpose didekat pohon akasia. Saya, Nana, Imran dan Erlan, kami dipotret Ayah sebagai kenang-kenangan untuk Erlan dan Imran. Teman sepermainanku dan Nana, yang tinggal disebelah rumah kami itu, akan pindah bersama orang tuanya ke kota lain. Ada juga foto kami berempat berbaris rapih, didekat batang pohon jambu yang roboh diterjang angin. Saya tak ingat persis kapan foto itu diambil, yang jelas saya belum sekolah ketika itu.
Selain dua foto itu, ada foto saya memegang bola, "budi kecil..dengan bola yang lebih besar dari dirinya" mungkin itu judul yang pas untuk foto itu, atau yang tak kalah spektakuernya, ada foto dimana si budi kecil yang baru berusia beberapa bulan itu, diletakkan dengan lucunya diatas meja diruang tamu (btw, perasaan saya banyak melihat foto-foto temanku waktu bayi, hampir semuanya ada pose diletakin diatas meja..hehe...).
Foto-foto itu membuat saya terbang jauh kemasa lampau, betapa cerianya kami ketika itu. Suatu ketika saya pernah bercita-cita untuk selalu menjadi anak-anak. Saya takut tak bisa lagi menemukan keceriaan yang sama apabila nanti telah dewasa. Dunia orang dewasa adalah dunia yang rumit, dan terkadang secara sadar atapun tidak, orang dewasa kerap menyisipkan kerumitan-kerumitan itu pada dunia anak-anak. Saya beruntung, terlahir dari keluarga yang baik, tak seperti nasib tiga bocah di Tangerang baru-baru ini, yang tak berhenti menangis karena ditinggal begitu saja oleh orang tuanya, berhari-hari didalam rumah yang terkunci rapat, tanpa makanan dan minuman. Beruntung mereka diselamatkan tetangga sekitar.
Saya mencoba mengingat-ingat, semua kejadian yang ada di foto itu. Hanya ada beberapa yang benar-benar segar dalam ingatan, sebagiannya tidak sama sekali. Tapi sesungguhnya saya menemukan mozaik-mozaik kehidupanku dari foto-foto masa kecil itu. Sebagian dari mozaik-mozaik itu telah saya temukan wujudnya setelah saya dewasa. Subhanallah, betapa kenangan adalah sesuatu yang harus dijaga dalam jiwa anak-anak, karena mereka akan tumbuh dan hidup dengan kenangan masa kecilnya itu. Jangan biarkan hal-hal buruk menodai memori masa kecil mereka.

" Saya pernah membuka album foto masa kecilmu, ada foto ketika kau berpose didalam ember besar dengan wajah cemberut, barangkali saat itu kau menolak dimandikan, karena lebih suka bermain air dalam ember hehe...atau foto saat kau minum sebotol susu dengan lahapnya, tapi jari-jari kecilmu kerepotan memegang botol susu yang kebesaran..:). Tidakkah kau tahu, betapa lucu dan bahagianya kita dalam foto-foto masa kecil itu?. Mari berdoa, semoga kita bisa selalu seperti itu...:)"

Makassar, 7 Februari 2010 - 19.30 wita