delay

Saya masih diliputi perasaan bersalah, apalagi saat membayangkan bagaimana ia berlari dari gate 3 ke gate 5 ruang tunggu pemberangkatan pesawat, ia berlari dengan kaki yang terpincang-pincang akibat penyakit asam urat yang menggerus usianya yang semakin senja. Bagian lari dengan kaki yang pincang, dengan tiga barang bawaan ditangannya ini tak pernah ia ceritakan padaku, ia hanya menceritakannya pada istriku, " Alhamdulilah, untung Allah masih melindungi kaki ayah " begitu ceritanya.
Kepadaku ayah hanya bilang " Ayah ketinggalan pesawat, ayah tak dengar pengumuman saat pintu pemberangkatan di pindahkan dari pintu 3 ke pintu 5" . Ketika itu saya lemas, seandainya ada pintu kemana saja punya si Doraemon, detik itu juga saya akan berangkat dari bandara Juanda Surabaya menuju ke bandara Makassar. Saya panik, memikirkan ayah yang sendirian di bandara tanpa ada satupun keluarga yang mendampingi. Belakangan saya juga baru tahu dari istriku, bahwa ayah tak dengar panggilan bagi para penumpang, karena sedang sholat dhuhur di musholla bandara.
Ditelepon, suara saya serak karena marah-marah kepada petugas maskapai penerbangan Express Air, saya marah karena pesawat mereka delay terlalu lama hingga saya harus terbang lebih dulu dari Ayah, saya marah karena selama beberapa jam delay, mereka mengacuhkan para penumpang, saya marah karena mereka juga memindahkan ruang keberangkatan dari gate 3 ke gate 5, hingga ayah ketinggalan pesawat, sebab dulu, saya juga punya pengalaman seperti ini, nyaris ketinggalan pesawat karena pihak Express Air memindahkan pintu pemberangkatan penumpang. Saya marah pada seorang kenalan dari Tidore, yang sebelumnya telah berjanji akan mendampingi ayah hingga naik diatas pesawat tapi kemudian ingkar janji. Saya juga marah pada diri sendiri karena tidak disana, saat ayah sendirian dalam situasi seperti itu.
Saya menelpon semua orang yang bisa saya harapkan bantuannya, beruntung teman-teman dikantor berbaik hati menjemput ayah di bandara, mengantar ayah pulang ke rumah, memastikan tiketnya tidak hangus dan bisa ikut dalam penerbangan berikut. Terima kasih untuk Abo dan Ancu atas bantuannya hari itu.

******

Ayah sudah di rumah Tidore, saya menelponnya, menanyakan kabarnya, juga menyampaikan kabar bahwa dokter mengatakan kalau cucunya yang akan lahir nanti, adalah seorang perempuan. Saya memohon doanya, agar cucunya yang ke 7 ini bisa terlahir dalam keadaan sehat lahir batin, dan Allah memberikan keselamatan untuknya dan ibunya.
Kata ayah ia baik-baik saja, ia juga mendoakan keselamatan untuk keluarga kecilku ini. Ayah juga masih bercerita tentang pengalaman ketinggalan pesawat itu, tapi tak pernah ada nada marah, bahkan ia tak pernah marah sejak tertinggal pesawat hari itu. Malah dengan bangga ayah bercerita tentang dirinya yang kemudian sangat dikenal oleh para pagawai Express Air usai peristiwa itu. Kata ayah mereka menyimpan nomor telponnya, juga mengantarkan makan siang diruang tunggu saat ia berangkat di hari kedua.

Makassar, 10 November 2010 - 13.30 wita

No comments: