ramadhan kali ini....

Alhamdulilah, hampir seminggu sudah kita menjalani ibadah puasa ramadhan. Ini adalah ramadhan pertama dimana kita menjalaninya sebagai sebuah keluarga, meski komposisi keluarga ini baru beranggotakan dua orang, hanya kita berdua. Semoga kelak kita masih dipertemukan dengan ramadhan berikut, dan disaat itu kita tak hanya berdua, tapi sudah hadir wajah baru yang menghiasi keceriaan kita dirumah kecil ini.
Pernah suatu ketika kau berkata: "selain foto pernikahan itu, kita tak punya lagi foto berdua". Hhmm...sebenarnya kita sudah punya, beberapa foto yang diabadikan ketika pertama kali kita bertemu. Mungkin menurutmu itu tak masuk dalam kategori "foto berdua". Sebab di foto itu, betapa kita tergambar dengan senyum yang kaku. Nanti saja, kita akan foto berdua lagi, dengan senyum yang lebih santai dan bahagia. Meski sebetulnya, saya lebih suka membayangkan saat-saat dimana kita akan foto bertiga, berempat, lalu berlima, dengan komposisi sempurna selayaknya foto-foto keluarga yang biasa kita lihat di pajang orang di rumah-rumah.
Kemarin, setelah berpuasa selama tiga hari, kau dianjurkan dokter untuk tidak berpuasa, dengan alasan medis untuk kebaikan pertumbuhan janin yang ada dalam kandunganmu. Aku melihat kebimbangan dalam matamu, sudahlah...tak perlu dirisaukan, setahuku, Allah memberikan banyak kemudahan dan keistimewaan bagi perempuan-perempuan yang tengah mengandung sepertimu. Allah juga telah menyiapkan sejumlah mekanisme untuk menebus puasa dengan cara berbeda. Sungguh, betapa agama ini mengajarkan berbagai kebaikan dengan cara yang indah, asalkan kita mau melaksakannya dengan segenap keihklasan.

******

Hari ini saya tak bisa pulang cepat, berbuka puasa dikantor dengan beberapa kue, lalu kembali duduk dikursi panas melanjutkan perjuangan hingga program kabar petang selesai. Tadi juga saya sedikit bete, menunggu dia yang berpidato terlalu lama di televisi, dalam rangka menyambut ulang tahun kemerdekaan republik yang ke 65, isi pidatonya tentu saja tentang keberhasilan pembangunan versi pemerintah dalam setahun terakhir.
Entahlah, apakah kita telah mencapai banyak kemajuan atau tidak, tapi kemarin saya menonton berita di televisi tentang Reni Juliana, seorang ibu di Lumajang Jawa Timur, yang tega memaksa dua anaknya minum racun bersama-sama, karena tak tahan ditagih hutang oleh rentenir. Kemiskinan membuat ibu itu gelap mata, dan memilih melepaskan semua beban dengan meneguk racun tikus. Beruntung ibu dan kedua bocah malang itu bisa diselamatkan tetangga-tetangganya.
Beberapa hari lalu, saya juga melihat seorang veteran perang kemerdekaan, yang berjuang melawan nasib, hidup disebuah rumah kumuh berdindin seng bekas, dibantaran sungai dg.sirua. Satu hal yang membuat saya terharu, didepan rumah reot itu, tetap berkibar gagah bendera merah putih, dengan sebuah papan nama kecil bertuliskan " Wakil Ketua Legiun Veteran Ranting Panaikang Makassar".
Kakek Abdul Hamid, Ia sempat bercerita tentang sepetak tanah pemberian pemerintah miliknya yang telah diserobot seorang pengusaha, dan ia tak kuasa mempertahankannya. Bila dulu ia berjuang melawan penjajah belanda, sekarang ia berjuang melawan kemiskinan. Sebuah model penjajahan gaya baru yang tak kuasa dia lawan, sekalipun dengan berbekal medali dan piagam perhargaan sebagai pejuang 45 yang masih ia simpan dalam laci lemari bajunya.
Kepadanya yang sedang berpidato, sudahlah pak, sebaiknya kita mengurangi pidato dan retorika, dan lebih memperbanyak kerja. Kata penyair besar Chairil : "...tapi kerja belum selesai..kita belum bisa memperhitungkan arti empat lima ribu jiwa..."

Makassar, 16 Agustus 2010 - 21.00 wita

No comments: