telanjang

Pukul enam pagi, jalanan di kawasan Sungai Saddang itu terlalu ramai bagi perempuan malang itu untuk melepas semua busananya dan berteriak-teriak histeris pada semua orang yang melintas di tempat itu. Gila, benar-benar gila, perempuan yang putus asa tersebut telanjang di jalanan itu..!!
“Bagimana bisa..??” Saya bertanya pada Itol, kontributor sableng yang merekam kejadian vulgar di pagi itu. Dan menurut Itol, perempuan malang itu mengamuk setelah pria hidung belang yang mengencaninya semalaman penuh di sebuah hotel, tiba-tiba menghilang tanpa menuntaskan pembayaran yang telah disepakati. Itol juga mengaku dengan bangga, bahwa gambar tersebut dia peroleh secara eksklusif, karena dialah satu-satunya wartawan yang berada di TKP pagi itu.
Ah, entahlah, saya harus prihatin, dan mengutuk pria hidung belang itu, atau tertawa lucu melihat rekaman gambar Itol, apalagi ketika sejumlah polisi laki-laki berseragam lengkap bersama sebuah mobil patroli, terlihat kebingungan membujuk perempuan paruh baya tersebut, untuk segera mengenakan pakaiannya dan menyudahi adegan nekat tersebut.
“Tidak dibayar, seorang PSK mengamuk dan telanjang dijalan raya” demikian judul berita Itol tersebut saya listing untuk proyeksi Kabar Siang bersama sejumlah berita-berita lainnya. Dan Mas Lukman kord.liputan daerah yang piket pagi itu, sepertinya kebingungan bagaimana caranya mem-blur-kan seluruh adegan vulgar tersebut, agar sopan untuk dikonsumsi pemirsa TV disiang bolong begini.
Meski pada akhirnya, atas pertimbangan etis dan sebagainya, berita eksklusif Itol tersebut tidak ditayangkan, tapi kini malah jadi tontonan dan lucu-lucuan anak-anak di kantor.
Dan tentang perempuan yang mengamuk dalam keadaan telanjang tersebut, saya jadi berpikir tentang kerasnya hidup ditengah belantara yang dikepung beton ini. Kehidupan yang melaju tanpa ampun, dan menggilas semua yang terlewati, hingga untuk bisa bertahan, orang terkadang harus menggadaikan semua hal,ya, semuanya, tanpa terkecuali.

Makassar, 09 April 2008 – pukul 08:00 wita

1 comment:

Eko Rusdianto said...

Hi, kak Budi, saya kenal q, tapi belum tentu kita kenalka. Atau sama sekali tidak kenal. Salam kenal.

Saya terharu membaca tulisan ini. Saya lalu berpikir apakah Itol berusaha menolongnya, membujuknya memakai pakaian lagi. Atau dia larut karena kepala sudah dihuni tayangan ekslusif. Kalau Itol juga tak berusaha menolong, berarti Itol memang sableng.