angelina huet

Saya menarik tangannya dan mengajaknya duduk diatas kursi plastik itu. Sudah sangat larut, tidak tega rasanya melihat laki-laki paruh baya itu bersimpuh dihadapan kami, memohon bantuan untuk mecari ponakannya yang menghilang sejak lima hari terakhir.
Petrus Mbembok, laki-laki tua asal Manggarai Flores Nusa Tenggara Timur itu, suaranya pelan, tersekat ditenggorokan, seperti berupaya menahan kesedihan, lalu dengan mata yang berkaca-kaca dia menuturkan kecemasannya tentang Angelina Huet, ponakan semata wayangnya, yang menghilang entah kemana.
Sudah lima hari ini Petrus terus mencari, berjalan kaki menyusuri jalan-jalan kota makassar, bertanya disetiap kerumunan orang, apakah mereka pernah melihat seorang bocah perempuan usia 12 tahun, berkulit hitam manis, dengan rambut yang terurai panjang, memakai baju merah dan celana coklat setinggi lutut. Sampai kemudian dia merasa lelah dan singgah pada kami yang kebetulan nongkrong didepan pitu pagar kantor malam itu….
Kami memahami kecemasan Petrus, bagaimana jika hal yang sama menimpa kami. Apalagi ponakannya itu baru 4 bulan di Makassar, Angelina tentu belum terlalu paham dengan seluk beluk kota ini, apalagi dia masih terlalu kecil.
Petrus membawanya dari kampung di Manggarai Flores Nusa Tenggara Timur, untuk disekolahkan di Makassar, karena sejak Ayahnya meninggal, Angelina nyaris tidak terurus lagi masa depannya, meskipun kondisi Petrus dan keluarganya juga pas-pasan hidup di Makassar. Bekerja sebagai karyawan rendahan disebuah hotel, dan tinggal disebuah rumah petak kecil yang ia kontrak di sebuah lorong sempit di jalan Batu Putih.
Saya, mas Andi Palaguna, dan Ari Cina, kami meminta Idul mengantar Petrus pulang kerumah, kasihan, laki-laki tua ini telah berjalan kaki terlalu jauh hingga selarut ini. Kami memintanya untuk tenang, dan berjanji untuk menemaninya ke kantor polisi besok, melaporkan kejadian ini, semoga aparat negara itu terketuk untuk membantu pencarian Anggelina Huet. Setidaknya bukan hanya gadis kecil Rasya, yang berita kehilanganya telah menjadi perhatian banyak pihak, bahkan presiden juga ikut campur mendesak polisi untuk menemukan Rasya. Sementara banyak kasus serupa yang hingga kini belum terselesaikan.
Saya sebenarnya sedikit cemas dengan keberadaan Anggelina, mengingat dalam dua bulan terakhir ini polisi di Makasar baru membongkar sindikat penjualan anak-anak yang diperdagangkan dengan nilai puluhan juta rupiah. Semoga gadis kecil itu baik-baik saja, dan bisa ditemukan kembali…..

Makassar, 25 Oktober 2007 – 11 : 35 wita

No comments: