hukuman mati


Apa yang sedang dipikirkan Tibo, Marinus dan Dominggus?, apa yang mereka rasakan?. Dalam derasnya hujan menghitung mundur waktu kematian, apakah mereka berpikir hujan akan membuat dingin peluru yang menembus jantung?. Aku selalu memikirkan tentang itu, mencoba mereka-reka apa yang ada dalam kepala seorang terpidana mati, saat menunggu datangnya detik-detik eksekusi.
Dari depan Lembaga Pemasyarakatan Petobo Palu, yang bisa aku lakukan hanyalah menunggu, meski sejak sore hingga tengah malam hujan terus mengguyur dengan derasnya…
Ibu Fitri, seorang petugas Lapas Petobo bercerita, malam itu, sekitar pukul 12 : 30, saat hujan deras telah menyisakan rintik-rintik. Sejumlah petugas Lapas menjemput para terpidana mati tersebut diruang isolasi mereka. Dominggus dan Marinus, mencengkeram erat jeruji besi penjara, dengan gemetar menarik nafas panjang yang terakhir kalinya, mengikat erat tali sepatu, kemudian keluar dengan tangan diborgol, tapi mata mereka tidak ditutup sama sekali.
Jumat dini hari, ditengah hujan rintik yang dingin, di kawasan bukit Soeharto Ngatabaru, disekitar markas kompi B Brimobda Sulawesi Tengah, sekitar pukul 01 : 30 dini hari, semuanya menjadi senyap di ujung peluru regu tembak Brimobda Sulawesi Tengah. Tak ada yang tahu, semuanya dilakukan dengan begitu rapi. Iringan-iringan kendaraan rantis dan ambulance yang menyeruak dari dalam Lapas Petobo tengah malam itu, hanya kamuflase, untuk mengecoh para wartawan yang telah menunggu sejak pagi di depan Lapas. Kenyataannya, Tibo, Marinus dan Dominggus, dibawa keluar dengan menjebol pagar belakang Lapas.
Kemarin, di perjalanan pulang ke Makassar, sepanjang jalan diluar kota Poso hingga Tentena dan sekitarnya. Rumah-rumah mengibarkan bendera merah putih setengah tiang, tanda duka untuk eksekusi bagi ketiga terpidana mati kerusuhan Poso itu. Disaat yang sama para keluarga korban kerusuhan Poso juga menyatakan kepuasan mereka atas hukuman mati tersebut. Hukum memang selalu menemukan jalannya sendiri, tapi orang-orang akan selalu melihat kebenaran dari banyak sisi, dari sudut pandang masing-masing…..

Makassar, 26 September 2006 – 10 : 39 wita

No comments: