mata hati

Anakku, engkau telah berusia lebih dari sebulan,kata bundamu,kau sudah punya banyak prestasi, diantaranya sudah bisa mengangkat kepala saat digendong dengan posisi berdiri, bisa nenen tanpa menangis, bisa bobo dengan lebih banyak gaya, hehehe..., dan satu lagi, matamu sudah bisa mendeteksi gerakan dan juga cahaya. Subhanallah, sepertinya ini kabar paling membahagiakan hari ini anakku. Ayah doakan, semoga kau bisa tumbuh sempurna, ini adalah awal dimana kau akan melihat dunia dengan kedua mata indahmu.
Nanti bila kau dewasa anakku, kau harus menggunakan lebih banyak lagi mata untuk melihat dunia, bukan hanya dengan sepasang mata yang sudah kau miliki saat ini. Kau juga harus belajar melihat dunia dengan menggunakan mata hatimu, sebab terkadang mata hati bisa lebih tajam daripada mata telanjang kita. Kelak kau akan mengerti dan bisa membedakan, bagaimana melihat sesuatu dengan mata telanjang dan bagaimana menilainya dengan mata hatimu.
Azeeta putriku, seperti yang ayah pernah sampaikan padamu sebelum ini, sejak kau lahir, akan ada banyak catatan-catatan kecil tentangmu di rumahwaktu ini. Catatan ini penting buat ayah, sebab terkadang ayah tak pandai berkata-kata, atau tak pintar memberikan nasihat, dan ayah berharap catatan-catatan ini bisa mewakili sebagian dari apa yang tak bisa ayah sampaikan secara langsung kepadamu. Ayah sudah berjanji, hanya akan menuliskan hal-hal baik disini, hal-hal yang patut menjadi teladan untukmu. Dan semoga kau tak akan pernah menemukan catatan-catatan tentang kemarahan disini.
Barangkali kau akan berpikir, bahwa semestinya ayah menuliskan semuanya. Yang baik dan juga yang buruk, tentang ayah, tentang bunda, tentang keluarga kita, tentang semua hal yang telah kita lalui. Sebab bukankah manusia akan belajar tentang kebaikan dengan memahami keburukan? Bukankah baik dan buruk adalah dua sisi dari hati manusia yang tak bisa dipisahkan? bukankah Allah mengajarkan kebaikan, tapi juga menunjukkan hal-hal buruk sebagai pelajaran pada manusia?
Tak ada yang salah bila kau berpikir seperti itu anakku, tapi di rumahwaktu ini, ayah tetap hanya ingin bercerita tentang kebaikan kepadamu, biar sisi baik dari hatimu lebih terang, dan sisi burukmu tak pernah mendapat tempat dalam hati dan pikiranmu. Sebab bila kau dewasa nanti, dunia diluar rumah kita, tidak melulu akan menyajikan hal-hal baik kepadamu, mungkin akan lebih banyak hal-hal buruk yang datang kepadamu, bahkan terkadang keburukan itu menyusup melalui pintu-pintu kebaikan. Lalu bagaimana kau bisa menilainya? Kau akan belajar tentang baik dan buruk, tentang benar dan salah, kau akan bisa mengukur kadar kebaikan dan keburukan bila melihatnya dengan mata hatimu.
Hhmm...anggap saja ini sebagai nasihat sederhana dari ayah untukmu, kau boleh menganggapnya sebagai angin lalu, atau membacanya kembali bila suatu saat nanti kau merasa butuh sebuah nasihat.
Kadang ayah berpikir, bagi kebanyakan anak-anak yang mulai beranjak dewasa, mendengarkan nasehat-nasehat orang tua, kerap menjadi sesuatu yang membosankan. Karena anak-anak yang mulai dewasa biasanya merasa lebih tahu dengan apa yang mereka jalani, dengan apa yang mereka lakukan, dan mereka nyaris tak mencemaskan apapun. Tak seperti para orang tua, yang kepada anak-anaknya kadar kecemasannya selalu jauh lebih banyak, bahkan kadang berlebihan. Kau tahu kenapa anakku? itu karena para orang tua telah lebih dahulu melewati apa yang belum kalian lalui.

Makassar, 11 Februari 2011 - 08.42

No comments: