di kota ini

Minggu siang ini sedikit lengang, belum ada yang lumayan menarik untuk ditawar di meja producer, supaya bisa lolos dirundown program berita, misalnya yang menyangkut dengan hajat hidup orang banyak. Sejak malam hingga jelang sore ini, yang ramai adalah perang antar kelompok warga disejumlah sudut kota.
Tawuran lagi, sudah tentu ada batu, busur dan juga badik yang menghunus. Dan saya tak ingin menceritakan kabar seperti ini lagi kepadamu, apalagi setelah kau bertanya : "apa yang membuatmu betah tinggal di kota yang selalu ramai dengan keributan warga?".
Kota ini tak seburuk yang engkau lihat di televisi. Saat pertama kali saya menjejakkan kaki disini, dengan setumpuk pakaian, dan berlembar-lembar foto copy ijazah SMA, sayapun berpikir sama denganmu, tentang banyak hal yang mesti saya cemaskan bila ingin menyambung nasib di kota ini. Tapi waktu kemudian membuat saya belajar banyak hal, juga memahami banyak hal, yang menurutku hanya akan kau mengerti bila kau tinggal disini.
Dulu 11 tahun yang lalu, saat pertama kali saya tiba disini, seseorang pernah bilang seperti ini : " ...tak perlu terlalu cemas,seperti inilah kami, disini kami membangun persaudaraan abadi dengan cinta dan juga sedikit keras kepala.... "

Makassar, 21 Juni 2009 - 17.00

[...radio polisi di sudut ruangan itu masih berteriak, minta perkuatan personil, tawuran antar kelompok pemuda di kawasan Rappocini yang berlasung dini hari tadi kembali pecah...]

No comments: